Senin, 01 Desember 2008

Mating

Manusia memiliki beragam cara sebelum melaksanakan perkawinan. Mulai yang biasa sampai yang luar biasa.

Dulu di kampung ku, Pulau Bawean Jawa Timur, jika seorang lelaki hendak menikah, dia akan datang ke sebuah dhurung tempat para wanita berkumpul. Setelah melihat ada wanita yang dia sukai, maka dia akan menyampaikan beberapa pantun kepada pujaan hatinya itu.

Dhurung adalah semacam gazebo, namun langit-langitnya berfungsi sebagai lumbung beras. Sejak dulu kala, orang Bawean telah menjadikan dhurung sebagai tempat berkumpul dan bersenda gurau.

Selanjutnya, dia menemui toa-toa yang ada di dhurung tersebut guna menyampaikan keinginannya untuk mempersunting si gadis yang dia sukai. Sekadar diketahui, setiap dhurung tempat gadis-gadis berkumpul, biasanya punya seorang toa-toa. Toa-toa ini bisa diartikan mak comblang atau orang yang dituakan di sana.

Dari toa-toa inilah si lelaki akan tahu, apakah si gadis sudah dipinang orang atau belum. Jika belum, maka toa-toa akan melanjutkan keinginan si lelaki kepada orang tua si gadis. Selanjutnya, toa-toa inilah yang akan memeriksa kondisi fisik dan riwayat si gadis. Hal ini bertujuan agar tak ada penyesalan di kemudian hari.

Hasil “penyidikan” ini selanjutnya disampaikan kepada orang tua si pria. Setelah semua lancar, pernikahan akan bisa dilakukan. Setelah menikah, si laki-laki akan ikut di rumah mempelai perempuan, hingga akhirnya si laki-laki memboyong si perempuan ke rumah barunya.

Inilah sekelumit tradisi perkawinan di Bawean. Tradisi ini, merupakan satu dari jutaan tradisi perkawinan di dunia. Namun sayang, saat ini tradisi tersebut sudah musnah. Moderenisasi menjadi alasan akulturasi yang membuatnya tak bisa berkembang.

Beralih ke Mesir. Di sana, hingga saat ini, sebelum memasuki malam pertama, si perempuan harus menari perut di hadapan mempelai pria. Sssttt… Tentunya atraksi ini disajikan secara privat, di dalam keremangan kamar.

Jadi jangan heran, sejak kecil anak-anak Mesir sudah diajar tari perut. Gunanya biar tak kaku saat malam pertama nanti.

Setelah pernikahan terjadi, si lelaki akan berusaha membikin si istrinya gemuk. Kalau tidak, maka dia akan dicap oleh masyarakat sebagai lelaki yang tak bisa membahagiakan istri.

Tradisi perkawinan yang tak kalah heboh terjadi di sebuah suku di Afrika. Di sana, kaum lelaki yang akan menikah, akan berdandan secantik mungkin. Cantik? Ya, mereka akan merias wajahnya dengan bedak berwarna kuning. Bedak ini dia oleskan sebagian di pipi, sebagian lagi di batang hidung.

Tak hanya itu, agar kecantikannya terpancar, mereka masih membubuhkan semacam celak pada alis dan kelopak mata, sembari melentikkan bulu mata. Yang terakhir, bibirnya dipoles gincu warna hitam.

Setelah riasan usai, mereka akan mengenakan kostum khusus dan menyematkan bulu unggas di kepalanya. Setelah itu, mereka akan datang berkelompok menuju tempat si gadis yang ditaksir.

Layaknya burung merak, di hadapan si gadis, mereka akan memamerkan keindahan tubuh amsing-masing dengan bernyanyi dan menari. Hanya lelaki yang menawan hatilah yang nantnya akan dipilih sang perempuan untuk menjadi pendampingnya.

Namun jangan puas dulu, selama belum dipersunting maka si gadis bisa sewaktu-waktu dicuri oleh lalaki lain melalui tarian ini. Demikianlah.

Masih belum puas juga? Mungkin yang ini bisa membuat Anda sedikit lebih terpukau.

Di sebuah negara di Eropa Timur, hingga kini masih memegang tradisi perkawinan yang aneh tapi nyata. Di sana, sebelum malam pertama dilakukan maka mempelai perempuan akan mempersembahkan darahnya untuk diminum oleh mempelai lelaki.

Caranya seperti ini. Sebelum akan berhubungan intim, si wanita akan berbaring. Lalu, si pria mengeluarkan pisau khusus dari baja antikarat, besarnya mirip pisau di alat pemotong kuku.

Selanjutnya, dia akan mengiris kulit tepat di bawah pusar si wanita. Irisannya harus kris cross (berbentuk X) dengan kedalaman 1 cm. Darah yang keluar dari sana, akan diambil (dikerik) dengan pisau tersebut lalu dijilat. Begitu terus hingga kering.

Setelah bagian ini usai, maka dilanjutkan di bagian punggung kanan atas. Diiris kris cross, setelah itu darahnya diminum.

Sepintas tradisi ini sedikit kanibal, dalam artian, manusia memakan bagian dari tubuh sesamanya. Namun percayalah, tradisi ini ada sebagai bentuk pembuktian cinta kasih si mempelai perempuan kepada pasangannya.

Bagaimanakah tradisi perkawinan di tempat Anda?

Tidak ada komentar: