Senin, 29 Desember 2008

Perhatikan Prosesnya

Rekan saya seorang psikolog pernah berkata seperti ini, “Masyarakat Batam ini banyak terjangkit syndrom lampu Aladin, maunya serba instan, ingin sesuatu langsung jadi, tanpa memikirkan prosesnya. Jadinya macam hidup di dunia mimpi saja.”


“Tentunya kita banyak mendengar kisah Aladin ini. Ingin ini itu, tinggal gosok lampu wasiat, lalu keluar jin yang siap memenuhi apa saja keinginannya. Semua serba instant, tanpa proses berarti.”

Komentar rekan ini, saya renungkan baik-baik. Setelah dihubungkan dengan peristiwa kekinian, ternyata ada benarnya. Wajar sajalah di sini banyak bermunculan slogan-slogan, program-program yang tak menyentuh bumi.

Tentunya kita sering mendengar program yang bagus-bagus, yang inilah, yang itulah, gerakan inilah gerakan itulah, namun hanya tinggal kenangan saja. Meski berjalan, hanya saat pertama diluncurkan saja, selanjutnya, hilang entah ke mana.

Lebih konyol lagi, sering kita mendengar akan visi misi yang menyentuh langit. Nanti kita akan anu, kita harus menang, kita harus ke begitu, namun saat ditanya “Bagaimana caranya?” Malah tak bisa menjelaskan. Parahnya masih berkata, “Ya lu pikir aja sendiri!” Ampun!

Semua ini terjadi, karena para pembuat program itu hanya berpikir instan saja, tanpa pemperhatikan bagaimana prosesnya, atau bagaimana mengawal proses dari program tersebut. Semua ingin cepat, secepat membalikkan telapak tangan.

Allah ta’ala saja yang maha mencipta, dengan kun fa yakun-nya (jadi, maka jadilah), selalu menekankan akan proses ini. “…Tak kau perhatikan bagaimana bumi dihamparkan, langit ditinggikan….” Begitu salah satu firmanNya, lalu selalu ditutup “…apakah kamu tak berpikir?” .

Bahkan, Allah sangat bertanggung jawab mengawal proses setetes embun yang jatuh di daun hingga menguap saat disapu matahari pagi.

Penciptaan manusia sendiri juga melalui proses yang cukup panjang dengan melalui beberapa fase, mulai alam roh, alam rahim, alam kubur hingga akhirnya alam kebangkitan.

Kalau dalam teori kekinian disebut evolusi atau perubahan secara lambat. Kita juga berevolusi, apa yang kita miliki saat ini, tak terlepas dengan apa yang telah kita perbuat pada masa lalu. Kalau teori kupu-kupu disebut metamorfosa. Kata Michael Jackson, “People changing (manusia itu berubah).” Semua ada prosesnya. Tak ada yang instant kecuali mie instant.

Tahukan Anda, bahwa Nabi Muhammad itu orang yang tak bisa baca tulis? Tahukah Anda bahwa perlu 300 tahun bagi Amerika -yang katanya negara bebas dan menjunjung persamaan HAM- bisa memiliki presiden kulit hitam pertama?

Semua berproses, bisa cepat, bisa lambat. Namun sayang hal ini kadang diabaikan. Alasannya, bisa karena malas mikir atau tak sabar. Bisa juga karena tak mau atau tak mampu.

Pernah di blog ini saya mengulas soal Batam yang katanya pusat kesusasteraan Nusantara, ternyata tak memiliki pusat kajian sastra yang meliputi studi, telaah, dan pembinaan generasi penerus. Mana bisa prosesnya diabaikan seperti ini?

Selama ini yang ada hanyalah sibuk terfokus pada acara seremonial, berupa pembacaan karya-karya sastra saja. Tak heran jika saat saya mencari buku-buku kesusasteraan di Kepri ini sangat susah, apalah lagi bisa masuk pada kurikulum sekolah. Lama-lama belajar sastra Kepri nanti harus ke Malaysia atau Singapura.

Masih soal ini, seorang kawan petinggi sebuah perusahaan telekomunikasi pernah bercerita, pernah suatu hari dipanggil pejabat teras Kota Batam untuk membicarakan program Batam Digital Island.

Sang kawan ini bertanya, apa itu Batam Digital island dan bagaimana cara mewujudkannya? Tahu tidak apa jawaban pejabat teras itu? Sangat di luar dugaan. “Ya, Batam Digital Island itu banyak warga yang punya henpon (handphone)!”

Tentulah kawan saya ini geleng-geleng kepala. “Kan aneh saja Pak, masak punya program tapi tak ngerti apa itu programnya dan cara mewujudkannya. Mana bisa jalan?” keluhnya.

Semua memang butuh proses. Perhatikan ini. Kawal ini. Proses adalah sebuah kesadaran agar kita tetap menginjak bumi. Inilah yang membedakan antara dongeng dan fakta, antara tukang hayal dan ilmuan.

Tidak ada komentar: