Kamis, 11 Desember 2008

Perhatian Kecil

Semua kita pasti ingin menjadi pribadi menyenangkan dan mendapat simpati orang lain. Namun sayang kita kadang tidak paham bagaimana caranya. Atau memang, ego Anda terlalu tebal sehingga mengabaikan hal semacam ini.


Ada kalanya kita terjebak pada kesimpulan, bahwa simpati orang dapat dibeli dengan uang atau materi melimpah lain. Hal ini tak sepenuhnya benar, semua orang tak selalu, sekali lagi, tak selalu membutuhkan perhatian berupa pemberian uang dan materi melimpah tadi. Kadang perhatian kecil saja sudah lebih dari cukup.

Apalah artinya pemberian uang Anda, bagi orang semisal John Travolta? Di ”garasi” rumahnya terparkir tiga jet pribadi yang siap membawa sang artis ke mana saja. Atau, apalah artinya pemberian materi dari Anda, bagi orang semisal Sultan Hasanul Bolqiah yang semua dinding pesawat pribadinya bersepuh emas?

Dari sini muncul pertanyaan, apa sih perhatian kecil itu?

Setiap manusia memiliki pribadi yang unik. Di dalamnya ada hal-hal bersifat pribadi yang bila disentuh akan menimbulkan efek dan sensasi tersendiri yang membangkitkan memori-memori positif, kenangan indahnya, dan simpatinya.

Nah, melalui perhatian kecil ini kita coba menyentuhnya, tentunya sensasi pribadi yang bersifat menyenangkan atau mengharukan. Salah satu contohnya berupa cindramata atau ucapan perayaan, empati, atau hal-hal yang berhubungan dengan cinta dan hobi.
Bisa juga berupa pengakuan dan pujian kecil. Yang lebih sederhana lagi, seringlah mengucapkan terimakasih atau mendahulukan kata “tolong” di setiap kalimat perintah yang Anda ucapkan.

Contoh dekat mungkin dapat kita amati saat musim kampanye ini. Jangan heran, bila tiba-tiba Anda dapat SMS dari para caleg yang mengucapkan selamat hari raya atau semacamnya. Atau ada anggota dewan yang tiba-tiba mengayuh sepeda kumbang saat ngantor, karena saat itu, mereka coba menarik simpati Anda, melalui perhatian kecil ini.

Contoh lain, ada jendral di Jakarta (tak perlu saya sebut namanya) senang bukan kepalang saat seorang memberinya seekor ayam jago. Ada juga seorang menteri yang langsung akrab, ketika diberi ikan hias. Saking senangnya, pak mentri ini akan bersemangat saat ditanya tentang kabar ikan hiasnya dari pada isu politik.

Bahkan betapa seorang Samak Sundaravej, harus terguling setelah 5 bulan menjabat sebagai Perdana Mentri Thailand, akibat lupa daratan menerima “perhatian kecil” dari dua stasiun televisi setempat untuk menjadi host acara kuliner. Memang, Samak selama ini dikenal sangat hobi memasak.

Jika dipikir, seorang jendral berkuasa penuh dan mentri, apa yang kurang? Kekuasaan, hormat, pangkat lambang-lambang, status sosial, semua dia rengkuh. Namun, kenapa hatinya runtuh oleh seeokor ayam, ikan hias atau menjadi host acara kuliner? Inilah kesaktian perhatian kecil tersebut.

Hal inilah yang kadang lolos dari pengamatan kita. Umumnya kita mengira bahwa orang yang di puncak kekuasaan itu sudah mendapatkan segalanya, sehingga tak perlu lagi diberi perhatian. “Buat apa, toh mereka sudah lebih senang dan hebat dari kita.” Begitu?

Padahal mereka juga manusia biasa dengan homoludens dan homo simbollicum-nya. Mereka masih membutuhkan perhatian, pengakuan, bahkan pujian akan eksistensi dan prestasi dari lingkungannya.

Cuma cara dalam mengungkapkannya berbeda. Ada yang tak mampu, ada pula yang mampu mengendalikannya. Namun diakui atau tidak, di balik tingkah “jaim”-nya, hatinya kecilnya menjerit, “Pahami aku, hargai aku, akuilah aku, (atau bahkan) sanjung aku!”

Sayangnya, tak semua dari kita mendengar jeritan ini. Ada yang mendengar, namun tak paham bagaimana cara memberikan perhatian pada mereka, sehingga banyak terjebak pada hal-hal terlalu memuji, asal bapak senang dan sebagainya, sehingga sama saja dengan menjilat.

Jika orang “atas” saja masih memerlukan perhatian kecil semacam ini, apa lagi orang “bawah”, mereka tentu lebih memerlukan lagi. Jika dalam perusahaan, hal ini disebut “esteem” sub kelima piramida Maslow.

Esteem ini tak harus diberikan berupa bonus besar, atau piala-pialaan. Tepukan kecil di pundak saat bawahan bekerja atau senyum sapa, kadang sudah menjadi hal besar bagi mereka. Ini menandakan sebagai dukungan dan rasa hormat Anda.

Langkah semacam ini, tentu akan berdampak baik bagi atmosfir kerja. Jangankan manusia, bunga saja akan lebih mekar indah jika rajin diperhatikan dengan cara disentuh dan diajak berkomunikasi.

Nah, mulai saat ini marilah kita belajar tak pelit memberi parhatian kecil pada sesama. Kecil namun bermakna. Karena tak perlu alat berat untuk membuka pintu rumah, cukup gunakan kunci seukuran kelingking saja.

Namun memberi perhatian juga harus paham caranya. Kalau tidak, akan menjadi bumerang bagi kita. Maksudnya baik, malah berbuah buruk. Maksudnya mau menyuntuh dan berharap simpati, malah bikin kesal.

Misalnya baru-baru ini, pengguna jalan Batam Center bersungut-sungut karena jalan yang dilaluinya macet, gara-gara ada anggota DPRD Batam berangkat kerja mengayuh sepeda kumbang dengan kecepatan 5 km perjam, tapi masih dikawal mobil. Tentu saja macet!

--------------------------------

Berkaca dari semua ini, saya setuju langkah Ketua KPK Antasari Azhar yang menyimpan cindramata hadiah dari kepala daerah yang dia kunjungi, ke dalam museum gratifikasi. Karena kadang hal-hal kecil begini lebih berbahaya dari hal yang besar.

Saya juga sangat menyesalkan komentar pejabat daerah yang ngomong di koran-koran, saat mengetahui pemberiannya masuk museum gratifikasi. “Ah itu kan hanya hadiah kecil. Harganya juga murah.” Komentar ini menandakan, betapa si pejabat kurang memahami sesuatu.

Tidak ada komentar: