Minggu, 25 Januari 2009

Dibodoh-bodohi

Baru sebentar nonton berita di televisi dan membaca koran, saya sudah merasa mengasihani diri sendiri. Kasihan melihat saya yang bodoh, masih dibodoh-bodohi oleh orang-orang pemburu citra.


Lihatlah pemerintah itu, dulu saat BBM naik dia berkata seperti ini. “Kondisi ini tak bisa dielakkan lagi. Karena minyak dunia sudah melambung, dan siapapun presidennya pasti akan melakukan manaikkan BBM.”

Begitulah. Maka, saat harga BBM di pasar dunia naik, saat itu juga harga BBM di Indonesia ikut naik. Ujungnya, dalam hitungan menit, harga sembako ikut naik. Katanya menyusul harga transportasi yang ikut naik duluan.

Tak lama, saat krisis keuangan melanda AS dan membuat harga BBM turun, ternyata harga BBM di Indonesia tak otomatis turun. Setelah lama berselang, lebih sebulan, barulah pemerintah dengan ritual khusus, gayanya bak pahlawan, tampil berpidato pemerintrah menurunkan harga BBM.

Tahu berapa? Ah, tak sebanding dengan gayanya saat berpidato, hanya Rp500 alias gopek! Itupun dicicil sampai tiga kali, selama tiga bulan. Gopek, gopek, gopek, capek deh.

Lalu, dengan pongahnya mereka berkata, “Ini adalah keberhasilan pemerintah. Baru pemerintahan kali inilah, BBM diturunkan.”






Lha, bukankah itu akibat imbas turunnya minyak dunia? Kok diklaim kinerja pemerintah? Apalagi turunnya dicicil goek-gopek, padahal saat naik tak pernah seperti itu. Langsung saja, bensin hari ini naik Rp1.000! atau naik Rp1.600!

Lihatlah negara-negara lain, Malaysia misalnya, mereka langsung menurunkan harga BBM di negaranya sesuai harga pasar, begitu harga minyak hitam dunia turun. Itupun tanpa acara-acara kebesaran, bergaya bak pahlawan apalagi gopek-gopek, capek deh.

Lalu bagaimana dengan sembako? Aduh, susah sekali turunnya. Malah tambah meroket saja. Alasannya, ongkos transportasi masih belum turun. Padahal saat BBM naik dulu, cepet sekali penyesuaiannya.

Lalu salah siapakah ini? Anehnya pemerintah tak mau disalahkan. Katanya, organda dan insustri yang salah. Lha, apa artinya organda dan industri kalau pemerintah berkehendak, tak ada yang bisa menolak.

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…








Giliran lihat iklankampanye. Sebuah partai mengklaiam, dulu di Poso, Ambon, Aceh dan Papua tak pernah damai. Setelah orang-orang partai ini masuk di pemerintahan dan DPR, perdamaian di sana bisa terwujud.

Lalu apa yang terjadi? Tak lama iklan itu tayang, Ambon kembali bergolak, NTB dicekam rusuh.

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…

Pindah saluran, melihat berita sosial kemasyarakatan, ya sama saja. Orang-orang saling bodoh membodohi. Para pemimpin formal dan informal terus saja ngomong ini dan itu. Semua berebut jadi penganjur, namun tak nsatupun jadi peneladan.

Mereka yang paling gencar menganjurkan ini itu, menjadi orang pertama yang paling depan melanggarnya.

“Kok gitu sih, bisa nggak begini!”
“Harusnya kamu begini, begini dan begini! Bukan begitu, begitu dan begitu!”
“Semua ini demi kebaikan Anda. Saya lebih tahu dari Anda, karena yang hebat itu saya dan yang bodoh Anda!”






Demikian perintahnya, merasa hebat, merasa tahu. Namun praktinya, mereka sendiri yang melanggar semua pakem dan arahan yang dia terapkan itu.

Masyarakatpun bingung, lalu memunculkan sikap penentangan. Bukan karena mereka tak menghargai ilmu sang penganjur, namun bingung karena melihat apa yang mereka diajurkan selalu mereka langgar.

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…

Kita pernah dijajah dan dibodoh-bodohi Belanda selama 3,5 abad.
Kita pernah dijajah dan dibodoh-bodohi Jepang selama 3,5 tahun.
Sungguh ironis jika sampai saat ini, setelah 64 tahun merdeka, kita masih dijajah dan dibodoh-bodohi bangsa sendiri, pemimpin sendiri.

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi…


Please, open mind...
----------------
Kebaikan bagi orang lain itu hanyalah jika membuat mereka lebih mampu dan lebih damai. Bukan malah sebaliknya, tambah bingung dan makin resah.

To be brave its does’n mean looking for trouble.

Tidak ada komentar: