Minggu, 04 Januari 2009

Pariwisata = Duit

Setelah terbit di Batam Pos, Minggu 4 Januari, tulisan saya tentang Visit Batam 2010 mendapat lumayan respon dari rekan-rekan Jejaring Diskusi (demikian pembaca setia blog ini saya namakan, mirip anak band aja ya he he he). SMS pun datang bertubi..

Titit titit… (SMS I, poanjaaang banget)
Menarik sekali obyek liputan khusus pekan ini, pariwisata. Soalnya pariwisata =duit. Bali dan Lagoi (Bintan) merupakan contoh bagus dari pariwisata.

Di Bali wisatanya berkembang karena masyarakatnya, termasuk pengusaha wisatanya aktif sekali. Sedangkan peran Pemda-nya lebih sebagai regulator aturan-aturannya plus menyediakan infrastruktur. Di Lagoi, Pemda (Bintan) bahkan tanpa peranan, sebab semua infrastrukturnya dibangun sendiri oleh pengusahanya.

Pariwisata = Duit. Potensi masyarakat, pengusaha jadi faktor terpenting maju tidaknya pariwisata dan disusul regulasi-regulasi dan infrastruktur dari pemerintah yang mendukung pariwisata dan disusul regulasi-regulasi dan infrastruktur dari pemerintah yang mendukung pariwisata.









Titit titit… (SMS II)

(Pemdanya) Bukan katro Pak, tapi udah terbiasa dapat duitgampang, jadi nggak terbiasa nyari duit. Tahunya ngabisin aja -bikin proyek-

Titit titit… (SMS III)

(Inilah mental pemalas) Plus mental ambetenaar warosan Londo –minta dilayani-


Inilah beberapa petikan SMS terbaik yang saya terima di Minggu pagi itu. Ah, ternyata bukan hanya saya yang gemes melihat pasifnya pemerintah daerah di masing-masing kota di Provinsi Kepri, untuk menjemput kunjungan wisata iini.

Selama ini mereka hanya terjebak pada acara-acara seremonial saja. Kunjungan wisata itu, ya, iven lomba perahu atau pameran seni dan semacamnya itulah. Sedangkan untuk mencipta variasi-variasi baru, ogah.

Saya sempat berbincang dengan wartawan yang sempat mewawancarai Dinas Pariwisata Batam. Menurutnya, sungguh pesimis. “Karena tak enak saja, saya tak tulis Mas,” katanya.

Mau tahu apa kata sang kepala dinas itu? “Ah, di Batam ini. Kita tidurpun turis tetap datang!” (Masya Allah….).








Ada lagi yang lucu, “Orang Indo lebih memilih ke Genting (dari pada ke Batam). Di Indo lebih banyak tak bolehnya, gimana mau dapat pelancong!” Kata “Genting” yang dimaksud adalah kawasan wisata terpadu dan kasino Genting Highland, Malaysia.

Si wartawanpun berkomentar, “Kayaknya arah omongannya ke soal judi.” Maklumlah, judi kini sudah dilarang. Beda dengan dulu, menjamur seperti koreng.

Lalu saya sempat bertanya, kok bisa kepala dinas psimis seperti itu? Mengeluh, merengek bahkan cenderung menjelek-jelekkan potensi yang ada.

Jangan mengeluh saja, kerja, bikin gebrakan, bereskan semua ini. Karena untuk itulah dia ditunjuk sebagai pimpinan. Kalau memang tak sanggup, mending mundur saja. Kan lucu, gaji tetap dimakan, tapi kerja tak mau. Kalau ditanya, selalu lempar kesalahan.

Selama di Batam, saya sudah sering mendengar pimpinan psimis, pengeluh, perengek, hingga menjelek-jelekkan anak buah bahkan perusahaannya yang menggajinya. Tapi tak separah ini, sebab pimpinan di Pemko tanggung jawabnya ke rakyat. Karena rakyatlah yang menggaji mereka.







Ada sebuah teknik beladiri para sumo berbadan kecil, untuk menjatuhkan lawan yang lebih besar darinya. Namanya “hataki komi”. Dengan sedikit gerakan saja, lawan segede gajah bisa jatuh berdebum ketanah.

Saya rasa semangat ini perlulah dicontoh. Sehingga wisata kita tak hanya berada di bawah bayang-bayang Singapura, malah bisa seimbang.

Buanglah rasa malas, karena Allah SWT tak mendisain manusia menjadi pemalas. Sifat malas itu ada karena dihembuskan dari orang yang ingin kita gagal. Dengan menyingkirkannya, maka kita dapat membangun masa depan lebih baik.

Masa depan, bukanlah yang membentang 20 atau 30 mendatang. Masa depan itu ada dan ditentukan 1, 2, 3 hari mendatang. Jika kita bijak mengelolanya, maka 30 tahun mendatang akan baik. Namun jika tidur, ya 30 mendatang akan tidur juga.

Karena inilah Allah bersumpah “Demi Masa” dalam surat Al-Asr? “Manusia itu merugi, kecuali orang yang beramal saleh (bekerja dengan baik, bermanfaat bagi sesamanya)!”

Dari uraian ini, Pemko sendiri sudah saatnya selektif dalam mengangkat pejabat. Kalau ingin masa depan gemilang, pilihlah orang yang mampu bekerja mengatasi masalah, jangan orang yang suka molor!

Kalau orang-orang penidur tetap dapat jabatan, ya tak usah kaget jika nanti target tak tercapai. Jangan salahkan orang lain, salahkan diri sendiri saja.

Please, open mind

Tidak ada komentar: