Sabtu, 24 Januari 2009

Menyeru Kebaikan


Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104).

Sejak masa-masa aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), hampir setiap hari saya selalu diperdengarkan ajaran ini. Sebuah ayat yang menjadi dasar pergerakan kami, agar selalu Fastabiqul Khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ayat yang dipetik dari surat Ali Imran ayat 104 inilah, yang menjadi semangat KH Ahmad Dahlan untuk selalu memaknai, menghayati, dan mengamalkannya saat mendirikan Muhammadiyah. Mungkin karena itulah sehingga ayat ini sering diidentikkan sebagai “ayat” Muhammadiyah.

Dulu saya berpikir, berat juga mengamalkan ayat ini. Sebab, saya harus menjadi “umat yang menyeru” pada kebajikan. Perasaan ini, sama beratnya ketika saya membaca hadis yang berbunyi, “Katakanlah yang haq qalau pahit”. Jadi yang terlintas di benak saya, setelah baca ayat ini harus turun ke pasar-pasar lalu berdakwah.

Untunglah, ustad saya kala itu menyederhanakan kalimat “umat yang menyeru” itu. Menurutnya, cukuplah dengan berakhlaq yang baik saja, itu sudah cukup. Karena hal tersebut, sudah bisa menjadi teladan yang baik bagi masyarakat. Karena inilah inti dari ajaran Islam itu sendiri. “Saya diutus ke bumi untuk menyempurnakan ahlaq,” begitu kan, kata Rasulullah Muhammad SAW.

Ahlaq yang baik, tentunya mencakup perkataan yang baik pula. Istilah kekinian adalah kata-kata yang mampu memotivasi. Tindakan yang paling ringan, dengan menghargai eksistensi seseorang. Cukup.








Sebuah buku The Message from Water, pernah mengupas hal ini. Pernah baca? Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya sempat menelaah buku hasil penelitian Dr Masaru Emoto dari Jepang ini. Buku yang terdiri dari beberapa jilid ini, saya pinjam dari rekan kakak saya.

Di sana dikupas bagaimana kristal air yang indah dan sangat berkhasiat itu, akan terbentuk bila diseru dengan kata-kata yang baik (pujian), seperti “danke” (Jerman), “thank you” (Inggris), “terimakasih” (Indonesia). Namun, apa yang terjadi bila diseru dengan kata-kata kasar (buruk) seperti “I hate you” (aku benci kamu), maka kristal air tidak akan terbentuk atau rusak.

Hal ini sangat menarik karena air merespon secara langsung suara kita. Masyaallah, Allahuakbar. Tuhan segala zat!

Lalu, masih dari Jepang, bagaimana seorang ilmuan menemukan fakta bahwa bunga yang tiap hari rajin kita ajak berkomunikasi, sambil menyentuh dan memujinya, akan tumbuh lebih indah dari pada bunga yang tak pernah kita ajak bicara!

Kalau air dan bunga saja bisa bereaksi positif akan perhatian yang positif, apalagi manusia? yang katanya punya rasa punya hati.

Dari sini saya teringat, pantas saja Rasulullah tak pernah menghina makanannya. Kalau beliau tak berkenan, hanya didiamkan saja. Ternyata semua ada maksudnya. Sayangnya zaman dulu penelitian akan mikroorganisme tak semaju saat ini, sehingga pemikiran manusia selalu berlari pada hal-hal ghaib, jika ada persoalan yang tak bisa dia jelaskan dengan akalnya.

Please, open mind...

Tidak ada komentar: