Selasa, 11 November 2008

Hanya Grafitti

Berapa nilai sebuah coretan bagi Anda? Bagi saya, tergantung siapa yang mencoretnya. Kalau itu lahir dari tangan maestro lukis Affandi, tentu sangat bernilai. Sekarang, saya akan membuat sebuah corat-coret. Coretan tak bernilai. Tak perlu resah saat membacanya, karena namanya juga coretan

Tentang Puisi

Ada yang bilang, menulis puisi bisa menghilangkan stres di zaman yang mudah berubah dan mengubah ini.

Konfusius juga mewajibkan menulis puisi sedari kecil, karena dari sana bisa belajar keindahan dan keselarasan.

Iqbal, mengutip temannya bernama William Woworuntu, mengatakan puisi itu ibarat banci.

Kalau aku berkata, puisi itu adalah tempat menyalurkan jiwa kanak-kanak kita. Bagian dari struktur manusia sebagai homoludens, mahluk yang bermain.

Di puisi bisa bermanja-manja.
Di puisi bisa berangan-angan.
Di puisi bisa ber-utopi.
Di puisi bisa bergenit-genit.
Di puisi bisa menyindir, marah.
Di puisi bisa mempuja-puji.

Di alam nyata? I don’t care.

Emangnya aku bisa bikin puisi?
Entahlah. Kalau tak percaya, lihat saja karya di bawah ini.

Emangnya ini puisi?
Entahlah, kan sudah saya bilang, entahlah! Punya kuping enggak sih! Masak mengartikan kata “entah” saja tak bisa!

Ini hanya grafiti saja. Aku nulis hal ini gara-gara baru baca buku biografi Mao Ze Dong aja.
--------------------------

Muslim Ku

Aku adalah bos bagi hawa nafsuku
Aku adalah hamba bagi Tuhan ku
Aku adalah ayah yang sangat mencintai fitnah
Aku adalah mahluk yang sangat benci akan yang haq

----------------------

A Busy Little Dog

Apakabar anjing kecil yang sibuk
Tinggalkan saja tulang ikan itu
Dia sudah banyak menderita
Mulai di pasar, di penggorengan dan kini di tempat sampah

Apakabar anjing kecil yang sibuk
Tinggalkan saja tulang ikan itu
Dagingnya sudah licin kamu lumat
Tulangnya sudah kering kamu sepah

Apakabar anjing kecil yang sibuk
Tinggalkan saja tulang ikan itu
Biaya makanmu lebih besar dari gaji satpam
Tak usah lagi mencari makan di tempat sampah

Apakabar anjing kecil yang sibuk
Tinggalkan saja tulang ikan itu
Menggong-gonglah dengan keras
Biarkan orang mengira kamu membelanya

Apakabar anjing kecil yang sibuk
Tinggalkan saja tulang ikan itu
Berlarilah ke Nyonya mu
Berilah dia jilatan yang manis

Apakabar anjing kecil yang sibuk
Sudah tinggalkan saja tulang ikan itu
Dia sudah banyak menderita

---------------------------


Burung Gereja, Kotoran Sapi dan Kucing

Seekor burung gereja yang kedinginan, terbang ke selatan Amerika untuk mencari musim panas. Di tengah jalan, di sebuah peternakan dia berhenti sejenak. Tiba-tiba ada seekor sapi buang kotoran tepat di badannya.

Ternyata, si burung gereja merasa nyaman, karena kotoran sapi itu telah membikin tubuhnya hangat. Kehangatan yang dia cari selama ini, hingga harus terbang bermil-mil jauhnya dari sarangnya di utara.

Maka, bersuka citalah dia. Kicauan terus menerus keluar dari mulutnya. Hingga menarik perhatian seekor kucing. Dengan cekatan, si kucing pun membersihkan badan si burung gereja.

Tak lama, tubuh burung gereja bersihlah sudah. Lalu, hap… si kucing menerkam dan memakannya. Tamat sudah riwayat si burung gereja.

Moral dari kisah rakyat Amerika ini adalah:
Jangan marah saat orang melumuri tubuhmu dengan kotoran, karena bisa jadi dia membantu menghangatkanmu.

Jangan mudah percaya saat ada orang membersihkan tubuhmu dari kotoran, bisa jadi dia akan memakanmu.

Dan saat kamu merasa nyaman, lebih baik tutup saja mulutmu.


--------------------
Prescript:
This blog contain multy interpretated issues, readers discretion advised or contact email beside.

Tidak ada komentar: