Rabu, 12 November 2008

Seberapa Binatangkah Anda?

Seberapa Binatangkah Anda?

Ups… Pertanyaan saya terdengar kasar ya? Jangan marah, sebenarnya saya hanya ingin megingatkan bahwa ada unsur kebinatangan dalam diri kita. Lagi pula, tak semua sifat binatang itu jelek.

Berabad lamanya manusia selalu diidentikkan dengan sifat binatang. Ada yang menimbulkan rasa bangga, namun ada juga yang marah. Hal ini terkait filosufi atau sifat dasar dari jenis binatang apa yang diidentikkan dengan diri manusia itu sendiri.

Hingga kini, binatang juga banyak dipakai manusia sebagai lambang hingga status. Misalkan, gading untuk menunjukkan sebuah kejayaan dan beberapa binatang buas lain sebagai lambang kekuasaan dan penaklukan.

Sebuah contoh. Ada tradisi turn temurun yang hingga kini dilakukan sebuah suku pedalaman di Afrika. Di sana, untuk membuktikan kelaki-lakiannya, anak-anak yang beranjak remaja harus mempermak kulitnya hingga menyerupai kulit buaya. Prosesi ini sangat rawan, karena dapat berujung kematian akibat banyaknya darah yang keluar.

Saat itu, setelah melalui ritual tertentu, sang dukun akan menyayat (tepatnya memotong kecil-kecil) sekujur tubuh si pemuda mengikuti motif tertentu. Setelah kering, sayatan ini akan meninggalkan bekas luka timbul, mirip kulit buaya.

Sementara itu, pada suku Indian*) kejantanan seorang pria diukur apabila dia berhasil mengambil ekor bulu elang. Elang juga dijadikan pakaian kebesaran kepala suku dan pemimpin pasukannya.

Kegagahan elang juga banyak dijadikan lambang negara hampir separuh bangsa-bangsa di dunia.

Selain elang, harimau juga banyak dijadikan lambang kegagahan dan penaklukan, utamanya bagi angkatan perang. Kerajaan Siliwangi dulu memakai harimau kumbang sebagai lambangnya. Hal ini terus dipertahankan hingga sekarang, menjadi lambang Kodam Siliwangi, Jawa Barat.

Di Inggris Raja Richard yang dikenal gagah juga mendapat gelar si Hati Singa (Richard The Lion Heart). Singa juga dijadikan lambang negara Kerajaan Inggris dan beberapa negara persemakmurannya.

Masih soal singa dan harimau. Pasukan khusus, pengawal kaisar Romawi selalu menggunakan kulit beserta kepala macan tutul yang disamak sebagai jubahnya. Bahkan, Sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khattab mendapat gelar Singa Padang Pasir karena kegagahan dan ke-ksatrian-nya di medan perang.

Selain itu, deretan superhero moderen rekaan manusia juga banyak memadukan antara binatang dan manusia. Sebut saja Spiderman, Batman dan kawan-kawannya.

Sementara itu di China, penduduknya memiliki kebanggan jika diidentikkan sebagai naga (li). Naga dipercaya sebagai hewan dewa yang memiliki kedigjayaan dan dapat mendatangkan peruntungan dan perlindungan bagi manusia.

Di China, binatang juga dipakai sebagai zodiak yang melambangkan tahun, bulan dan waktu dalam astrologi, dengan apa yang disebut shio. Setiap individu diasosiasikan dengan satu shio sesuai dengan tanggal kelahirannya. Dua belas shio digabung dengan lima elemen membentuk periode 60 tahunan.

Selain beberapa uraian tadi, ada pula beberapa binatang yang dijadikan lambang keindahan dan semacamnya. Penyair Willy Sumantri Rendra, dikenal juga sebagai si Burung Merak, karena keindahan puisinya. Atau orang-orang Makasar biasa disebut Ayam Jantan dari Timur.

Namun jangan sesekali kita mengidentikkan anak perempuan dengan ayam, karena itu berarti wanita panggilan. Atau, jangan sesekali kita menyebut kawan kita sebagai ular, apalagi berkepala dua, karena orang licik.

Selain ular, anjing sudah lama diidentikkan sebagai orang yang pandai menjilat, sedangkan tikus adalah koruptor. Adapun belut, menggambarkan orang yang licin dan susah ditangkap.



***

Manusia hakikatnya sama dengan binatang. Masing-masing memiliki alat pertahanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Jika harimau dengan cakar, elang dengan mata dan paruhnya, maka manusia dengan akalnya. Karena itulah, manusia juga disebut binatang yang berakal.

Dari sini, saya kurang setuju jika ada yang mencap binatang itu jahat. Binatang tidak jahat, mereka hanya menjaga kelangsungan hidupnya sesuai garis takdir. Caranya, tentu dengan senjata diberikan Tuhan, berupa cakar dan keterampilan mencari makan (biasa disebut berburu).

Meski binatang mencari makan dengan cara membunuh, namun itu dilakukan bukan untuk bersenang-senang. Melainkan, sekali lagi, karena seperti itulah takdir yang dijalaninya untuk menjaga keseimbangan ekosistem dalam rangkai rantai makanan.

Karena itulah, hingga saat ini belum ada binatang yang melakukan genosida, species cleansing atau pembunuhan massal lain, atas sesama atau binatang lain. Atau ada binatang memajang hasil buruannya sebagai prestise. Karena itulah timbul ungkapan, sebuas-buasnya harimau tak akan membunuh anaknya sendiri.

Sedangkan manusia, berapa banyak yang membunuh mahluk lain selain sebagai kesenangan, juga untuk hiasan di rumahnya. Bahkan di era revolusi Prancis, banyak manusia yang membunuh sesamanya lalu kulitnya disamak dan dijadikan sampul buku atau semacamnya, sedangkan ribuan tulang belulangnya dijadikan hiasan di sebuah kapel.

Contoh lain, seorang Mao Ze Dong saja sanggup membunuh 7 juta rakyat China, belum lagi Hitler dengan Nazi-nya membuat 18 juta orang mati di kamp-kamp konsentrasi, banyak lagi lainnya.

Jika dilihat secara kasat mata (dari luar), fisik manusia memiliki bekal senjata pertahanan yang sangat lemah. Organ pertahanan terbesarnya hanya kulit. Senjata pertahanan manusia terletak otaknya yang memiliki 100 miliar sel aktif untuk berpikir dan berakal.

Dengan akal inilah, manusia mampu menciptakan pertahanan hidup, bahkan senjata yang mematikan dari binatang. Dengan akal pulalah, manusia sanggup membunuh (bisa dalam arti luas) hanya untuk bersenang-senang di atas penderitaan sesamanya.

Dengan akalnya manusia bisa membangun sebuah peradaban, dengan akal pula manusia menghancurkan peradaban itu sendiri.

Manusia sama saja dengan binatang. Akallah yang membuat manusia lebih tinggi dari binatang, namun juga bisa teramat jahat dari binatang buas sekalipun.

Dalam Islam, kebinatangan manusia disebut hawa nafsu. Jika berhasil mengendalikannya, maka akan membuat derajad manusia itu lebih tinggi dari malaikat, sedangkan jika tidak akan lebih rendah dari binatang itu sendiri.

Jadi, seberapa binatangkah Anda?


--------------
Catatan:
*) Indian adalah penduduk asli Amerika. Sebutan Indian muncul gara-gara Columbus, mengira ia sudah sampai di India, sehingga ia menyebut mereka Indian yang berarti orang-orang India.

Hewan liar tak pernah membunuh untuk bersenang-senang. Manusialah satu-satunya mahluk yang terhibur melihat siksaan dan kematian sesamanya.

Tidak ada komentar: