Minggu, 23 November 2008

Mengawal Gus Dur di Batam (6)

Sepeninggal Gus Dur ke UIB, sekitar pukul 09.30, saya memilih tak menemaninya. Waktu sempit itu saya gunakan mengitik pengalaman ini. Koordinator Liputan Batam Pos Ikbal, menelepon soal laporan ini.

“Mas nulis kan?” tanyanya.
“Ikbal kan tahu bagaimana saya. Jangankan ada momen emas begini, tak adapun saya selalu menulis. Semua bisa Ikbal pantau di blog saya. Silakan dicek, saat ini juga sudah saya posting. Tapi bijak-bijak saja milihnya. Karena semua saya tulis berdasar bahasa blog.”

“Oke Mas.”
“Eh jangan lupa, diedit ya. Potong saja, jangan ragu,” pintaku. Saya memang menekankan hal ini, sebab setiap kali saya menulis, selalu tak diedit. Entah ini sebuah penghargaan, atau penghinaan.

Misalkan saja, saat saya keliru menulis, “Persatuan Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)”, ternyata yang keluar besok juga sama. Padahal kepanjangan PSMTI adalah Paguyuban Sosial Marga Tionghoa.

Yang lebih parah lagi, dulu saat saya meliput kunjungan Gus Dur tahun 2006. Dijudul saya keliru menulis “Gus Dur” menjadi “Gus Dus”. Eh, yang terbit keesokan harinya ya tetap sama.

Usai menerima telepon Ikbal, saya menuju lobby Novotel. Disinilah saya menuangkan apa yang saya lihat dan dengar dari mulai menjemput Gus Dur di Bandara, hingga ke private roome The Square Novotel.

Kadang kalau ada detil yang terlewat, saya putar kembali rekaman video di otak saya, atau melihat kembali foto-foto hasil jepretan. Dari sanalah saya berusaha menangkap apa yang terekam, mulai kondisi ruang, bahasa tubuh dan tingkah polah masing-masing objek. Begitulah.

Kerjaan ini selesai sekitar pukul 13.30. Sesuai jadwal, Gus Dur sudah kembali ke Novotel dan berada di Cendana Room berbicara adalah acara bertajuk Kongkow Bersama Gus Dur membahas Masa Depan Bangsa, persembahan Forum Silaturahmi kebangsaan, pimpinan Basith Has.

Di sini, kursi-kursi yang ada sudah sesak terisi oleh masyarakat yang antusias. Namun ada yang aneh saat saya melihat meja utama. Mestinya yang duduk di sana adalah Gus Dur, Basith Has serta dua moderator, Lisya Anggraini dan Husin Shahab.

Ternyata malah bertambah satu orang lagi, duduk tepat di samping Gus Dur. Setelah saya cek, rupanya lelaki itu utusan Provinsi. Ada kabar berkembang, tugas pegawai protokoler tersebut memotong jika ada ucarapan Gus Dur, baik terpancing pertanyaan atau tidak, mulai nyerempet-nyerempet soal dugaan negatif Gubernur Ismeth Abdullah.

Di forum ini Gus Dur mengatakan, keengganannya untuk kembali nyalon Presiden. Dia bilang, saat ini banyak yang nanya, “Kapan kulo nyoblos njenengan maleh Gus? (kapan saya nyoblos Anda lagi?).”

Gus Dur menjawab sangat berat, “Susilo bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla berupaya agar saya tak bisa nyalon lagi,” katanya.

Selain hambatan itu, menurut Gus Dur, karena setelah dia menjadi presiden, otomatis dia harus segera membentuk inisiatif untuk menyelamatkan negara.

Tugas berat lain, dia akan membersihkan para pejabat korup. “Ada seribuan orang yang nanti akan saya kirim ke penjara. Seratusan dari Kepri,” katanya. Penonton pun bertepuk tangan. Hal ini terus diulang Gus Dur hingga tiga kali.

Diskusi terus berlanjut. Gus Dur banyak memetik ayat Alquran. Soal bagaimana hubungan dengan orang beda agama, dia berpatokan pada Surat Alkafirun. “kan sudah ada ayatnya, lakum dinukum waliyadin. Bagiku agamaku, bagimu agamamu,” jadi sudah jelas. Ngapain harus diribut-ributkan soal beda agama ini.

Ada juga pertanyaan unik soal kartun di blog, yang melecehkan Nabi Muhammad SAW. Namun Gus Dur tak mau menanggapinya. Demikian pula saat ditanya pendapatnya soal Kepri dan Megawati. “Saya endak tahu. Bukan urusan saya,” jelasnya cuek.

Sayang diskusi ini harus dipercepat, mengingat pukul 16.00 Gus Dur harus segera kembali ke Jakarta. Panitia sempat bingung, sebab sesuai jadwal, Gus Dur akan bertolak ke Jakarta sekitar pukul 18.55. Apadaya, Gus Dur menghendaki seperti itu. Alasannya, dia harus bertemu tamu dari luar negeri.

Akhirnya pukul 15.10 forum ditutup dengan ditandai penyerahan cindramata, berupa karikatur, oleh Basith Has kepada Gus Dur. Hingga pukul 15.25, Gus Dur menaiki Mercides, bertolak ke Bandara ditemani Abdul Basyith Has.

Berbeda dengan kedatangan, keberangkatan Gus Dur kali ini tak ada yang mengiringi. Hanya satuunit mobil Parwal Poltabes Barelang yang memandu dengan sirenenya yang terus meraung, seakan berteriak Gus Dur pulang… Gus Dur pulang...

Tidak ada komentar: