Minggu, 23 November 2008

Mengawal Gus Dur di Batam (2)

Persiapan mengawal Gus Dur terus dikebut. Panitia juga menyiapkan sepasukan Banser.

Tepat saat yang dutentukan, Basith telah menunggu di loby Novotel bersama beberapa orang panitia. Selanjutnya pertemuan dipindah ke coffee shop Novotel. Di sinilah, kami mulai menyusun apa saja persiapan yang harus dilaksanakan. Selain beberapa panitia tadi, Edy Prasetyo, wakil ketua panitia juga hadir di situ.

Setelah melakukan beberapa pendataan, dari sinilah diketahui, bahwa badge panitia masih kurang 10 lembar lagi. Agar tak tertukar dengan yang lain, Basith minta agar namanya dicetak langsung. Setelah urusan badge ini selesai, tibalah ke tata tertib acara.

Diketahui, Gus Dur bersama ibu Sinta Nuriyah akan tiba dari Jakarta di Bandara Hang Nadim sekitar pukul 08.30 pagi. Dari sanalah, Gus Dur akan langsung berangkat ke UIB tempat acara PSMTI digelar.

Dijadwalkan, Gus Dur menjadi pembicara paling awal di antara pembicara lain, yakni sekitar pukul 09.00 hingga pukul 12.00, disusul kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono ke 10.

Selanjutnya, Gus Dur dijadwalkan menuju Novotel, tempat acara Kongkow Bersama Gus Dur Membahas Masa Depan Bangsa yang digelar Forum Silaturahmi Kebangsaan di Cendana Ballroom sekitar pukul 13.30 -15.30 WIB. Ruangan ini sangat luas, mampu menampung 300 tempat duduk.

Di puncak acara ini nanti, Gus Dur dijadwalkan akan mendeklarasikan Furum Silaturahmi Kebangsaan ini, sekaligus mentasbihkan Basith Has sebagai ketua dan beberapa pengurus lainnya.

Hingga pukul 15.30 Gus Dur kembali ke kamarnya untuk istirahat sejenak. Karena pada pukul 18.50, dia dan rombongan kecilnya harus siap-siap boarding ke Bandara Hang Nadim untuk bertolak ke Jakarta.

Acara ini diformat santai. Gusdur di dampingi Ketua Forum Silaturahmi Kebangsaan Basith Has akan duduk di depan. Selanjutnya, mereka akan menjawab beberapa pertanyaan dari para hadirin. Agar berjalan dengan baik, acara ini dipandu dua moderator.

Posisi moderator di sini haruslah orang yang cakap, karena mereka selain mengarahkan, juga harus mampu merangkum (resume) apa sahja pesan dari pertemuan ini untuk bangsa dan negara.

Dari sekian banyak usulan panitia, Dosen Fakultas Hukum UIB Husain Shihab-lah yang berhasil dipilih. Tinggal satu lagi, saya pun mengusulkan Lisya Angraini, redaktur Batam Pos yang juga mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Batam.

Saat saya telepon, Lisya langsung tak percaya. “Kamu serius? Ini kan sekelaas presiden? Bukan orang sembarangan. Masak saya yang mandu?”

Saya jawab, bahwa saya tak akan salah pilih. “Saya sudah lama tahu bagaimana kepiawaian mbak Lisya. Beginilah cara saya menghargai orang, Mbak!”

Lisyapun mafhum. Selanjutnya saya minta dia sekitar pukul 19.00 bertemu saya, Husain Shihab, untuk berdiskusi mengenai format acara ini. Lisya pun setuju.

Lalu siapa yang akan mengawal Gus Dur? Untuk hal ini, Edy mengatakan agar tak terlalu khawatir. Karena Kepolisian sudah memiliki standar pengamanan untuk pejabat dan mantan pejabat.

Meski demikian, tetap diperlukan beberapa anggota Banser sebagai pagar betis, khususnya bertindak jika ada pengunjung yang perlu diambil inisiatif. “Jangan sampai nanti ada orang yang memotret terlalu dekat, apalagi mengahlangi pandangan hadirin lainnya,” pinta Basith.

Sedangkan untuk urusan antar jemput, sebagian, mulai dari Bandara ke UIB, UIB ke Novotel ditangani PSMTI. Sisanya, Novotel ke Bandara ditangani panitia Forum Silaturahmi Kebangsaan.

Selain itu, harus ada yang berada di dekat Gus Dur dan ibu Sinta Nuriyah. Akhirnya disepakati Abdul Basith, Edy Prasetyo dan saya menemani Gus Dur, sedangkan ibu Sinta ditemani Sunariah, istri Basith Has.

Sebelum rapat ditutup, Edy Prasetyo mengingatkan perlunya suvenir yang diberikan pada Gus Dur. “Tak usah yang mewah, karikatur wajah saja cukup. Karikatur ini selanjutnya dibingkai rapi,” ujarnya.

Selanjutnya Edy menghubungi orang Batam Pos, bernama Mahfud untuk mengurus masalah karikatur ini. Saya sempat bingung juga, sebab orang Batam Pos yang biasa bikin karikatur adalah Dalbo. Tapi Edy bersikeras. “Ini nomor HP-nya. Saya hubungi ya,” ternyata benar, dia Mahfud, bukan Dalbo. Saya yang keliru.

Selanjutnya rapat ditutup. Basith pun minta panitia memeriksa kesiapan perangkatnya, mulai tempat pertemuan, kamar hingga penyambut tamu. “Semua harus sudah rapi,” pintanya.

Hingga pukul 20.00 Lisa tiba bersama Husin Shahab. Selanjutnya, bertempat di Coffee Shop Novotel, basith dan Edy Prasetyo membahas tentang rambu-rambu saat memandu Gus Dur . “Kami tentu tak mau mengajar itik berenang, Cuma menjaga agar tak lari ke mana-mana,” papar Basith beranalogi.

Selanjutnya disepakati, agar acara ini tak dimanfaatkan orang-orang yang tak bertanggungjawab, dengan memanfaatkan pada kepentingn pribadinya. Misal, untuk menghantam pemerintah daerah saat ini, melalui mulut Gus Dur.

Jika ada pertanyaan semacam ini, maka tugas moderatorlah memotongnya. Selain itu, juga harus diperhatikan jangan sampai moderator menyimpulkan sendiri apa yang diutarakan Gus Dur, sebab takut akan terjadi salah persepsi.

Setelah semua sepakat, pertemuan akhirnya berakhir pukul 21.00. “Sekarang kita istirahat dulu, karena besok pagi-pagi harus sudah siap-siap menyambut Gus Dur ke Bandara,” tutup Basith.

Tidak ada komentar: