Minggu, 27 Juli 2008

Pasar Pagi Samarinda (2)

Makin keranjinganlah kami berbelanja. Tak terasa dua tangan saya sudah kebas akibat kebanyak membawa kantong-kantong belanjaan. Ini baru belanja lauk, belum lagi sayur.

Jadilah, jika biasanya dengan uang Rp150 ribu kami dapat belanjaan dalam sekali angkut, kini harus dua kali. Bagasipun sampai sesak oleh belanjaan. ”Wah, bisa dua minggu tak belanja neh,” seloroh istriku.

Karena harga-harga yang miring inilah, Pasar Pagi Samarinda selalu menjadi rujukan belanja warga Batam. Bahkan ada yang belanja di sini untuk dijual lagi di lingkungannya masing-masing.

Lumayan, kalau ikan perkilo bisa menangguk untung Rp5 ribu atau lebih. Sedangkan sayur, wow bisa lebih banyak lagi.

Tapi ingat. Jika ingin belanjaan yang lebih segar, maka Anda harus pagi-pagi sekali ke mari. Ya, sekitar pukul 03.00-an lah. Sebab, kalau sudah pukul 06.00 apalagi lebih, maka Anda hanya akan dapat sisa orang.

Mak Eca contohnya, wanita 50 tahun yang tinggal di Taman Raya Batam Center ini, tiap hari Minggu selalu berbelanja di pasar ini.

Padahal jarak rumahnya ke mari mencapai 10 kiloan. Biasanya dia diantar putra sulungnya dengan sepeda motor. ”Berangkatnya ya pagi-pagi jam tiga, jadi setengah jam sampai,” tipsnya.

Menjawab mengapa rela jauh-jauh datang, padahal di kompleknya juga ada pasar basah? Mak Eca menjawab,

”Du apa... Kalau di sini (pasar Pagi) kan murah, uang seribu (rupiah) masih berharga. Kalau di (komplek) rumah mana boleh. Lima puluh (ribu rupiah) hanya dapat sedikit. Mana cukup, kelauarga kami kan banyak,” tegasnya.

Ada gula ada semut, ada yang murah banyak yang menyerbu. Begitulah pemandangan di Pasar Pagi Samarinda. Jika Anda yang tak terbiasa berdesakan dengan beragam manusia dan baunya, ya jangan coba-coba ke mari.

Di sini suasanya sangat ramai dan sesak. Suasana di pasar sayur, lapak-lapak pedagang berderet berhimpit hingga jalan raya. Suara-suara abang-abang menjajakan dagangan terdengar lantang di tiap sudut.

”Ayo-ayo jeruk-jeruk sekantong lima ribu (rupiah)!” teriak pedagang di sebelah timur. belum reda teriakan ini sudah di susul teriakan lain, ”Sawi-sawi murah. Lima ikan dua ribu (rupiah)!” begitu terus.

Tidak ada komentar: