Jumat, 25 Juli 2008

Dunia Fana Zein Alatas (3)

Setelah makan, dia cuci tangan ke luar ruang melintas di hadapanku. Namun saya tetap diam dulu. Barulah setelah dia benar-benar selesai makan, saya temui.

Dari balik dinding triplek yang memisahkan ke ruang tempat dia makan itu saya berseru, ‘’Bang Zein?”

Lelaki ini terhenyak dari kursinya. Matanya langsung menatap tajam ke arahku. ‘’Eh, Antum siapa ya?”

Saya langsung gembira. ‘’Saya adalah…” sebut saya mengenalkan diri.

‘’O… ‘’ tuturnya bergegas menemui saya. Selanjutnya dia mangajak saya menuju ruang, tempat sebuah sofa panjang terpasang. Di sanalah kami duduk.

Layaknya pertemuan dua sahabat yang terpisah begitu lama, yang ditanya adalah kabar masing-masing. Hal standar saja.

Hingga di tengah-tenga pertemuan itu Zein mulai berkisah getir hidupnya. ‘’Abang tak punya apa-apa lagi sekarang,” jelasnya. Tak ada raut wajah sedih, malah yang tampak (maaf) ibarat orang buang kotoran ihlas saja. ''Oh... rupanya begini jiwa orang yang bebas dari keserakahan duniawi,'' pikirku

Rupanya semua harta, aset miliaran rupiah, termasuk rumah mewahnya di Greenland sudah disita kejaksaan.

Setelah di penjara itulah, Zein menemukan jati dirinya. Dia ingin selalu dekat pada Allah sang penciptanya. Jalan hidup baru ini dia dapat, kala di penjara selalu membaca buku-buku tentang Islam.

Maka, jadilah kini Zein yang baru. Bukan lagi lelaki klimis yang tampil perlente dengan jas, dasi, serta suguhan musik jazz yang jadi favoritnya.

Zein kini adalah lelaki dengan janggut tebal putih, berbaju gamis putih, dengan peci bulat putih bermotif timur tengah selalu terpasang di kepalanya. Rambutnyapun tak lagi semi beatle, melainkan dipotong tipis. Sebuah kacamana berframe tipis, melengkapi kezuhudannya.

Tak hanya itu, saat berkomunikasi dia mengganti panggilan ''Anda'' kepada lawan bicaranya dengan kalimat ''Antum''.

Radionya, Hang FM, yang masih tersisa dia sulap menjadi radio dakwah beraliran salaf, aliran yang masih dipandang tegas dalam qidah. Karena itulah, di sini Zein mengharamkan semua musik dan lagu. Termasuk musik religi Islam sendiri, bahkan alunan takbir saat Hari Raya juga dihilangkan. Yang ada hanya alunan orang membaca Alquran dan dakwah.

Namanya juga radio dakwah, selama 24 jam penuh radio ini mengudara, siarannya hanya membahas Alquran dan Hadis. Ada juga acara interaktif, tapi membahas Alquran dan Hadis. Di sini pendengar biasanya minta diputarkan surat-surat dari Alquran, atau ada yang membacakan ayat suci saja. Lain tidak.

Karena aliran yang mengharamkan musik dan lagu inilah, radio ini sepi iklan. ‘’Bagaimana lagi, iklan sekarang semua dilengkapi musik sebagai ilustrasinya. Sementara di (radio) sini boleh beriklan, asal dibacakan saja. Karena itu mereka tak mau,” jelasnya.

Lalu dari mana Zein membiayai operasional radionya? ‘’Ya dari sumbangan dermawan saja,” ungkapnya.

Namun Zein tak mau bergantung pada sumbangan saja, kini di bawah studionya yang luas itu, dia membuka toko bernafaskan Islam yang mengusung pemikiran salaf. Mulai parfum hingga buku. ‘’Dari sinilah diharapkan bisa membantu operasional Hang FM,” jelasnya.

Kini Zein tinggal di sebuah rumah sederhana di kota kelahirannya, Tanjungpinang. Karena pekerjaanya di Batam, dia terpaksa bolak-balik naik feri. Kadang tidur di kantor.

----------
Anakku Regalia, doakan ayah selalu di jalan yang benar ya... Air mata ayah menetes nak...

Tidak ada komentar: