Senin, 28 Juli 2008

Di-KO Ayam Sayur (1)

Burung merpati mengeluh. jati dirnya merasa dilecehkan, bukan oleh orang luar, melainkan dari speciesnya sendiri.

Hal ini terkait pada idenya mengunjungi masyarakat untuk mencari tahu apa masalah, atau mencari solusi dari masalah yang dihadapi di daerahnya.

Bisa menyangkut lingkungan, sosial, hingga kebijakan pemerintah marga satwa setempat. Hasil pertemuan ini, lalu dia tuangkan dalam sebuah laporan.

Namun, maksud baik tak sepenuhnya diterima baik pula. Rupanya ada yang merasa terganggu atas langkah merpati ini. Yakni, para ayam sayur. Sebab, ternyata banyak masyarakat margasatwa yang mengeluhkan soal tingkah ayam sayur yang menurutnya semena-mena.

Hingga pada suatu hari, di saat matahari baru membuka hari, bos persatuan ayam sayur itu datang menemui bos merpati itu. Mereka protes, kenapa selalu ayam sayur yang diangkat-angkat.

Selanjutnya, bos ayam sayur itu mengungkit-ungkit soal sumbangsihnya atas kandang merpati itu sendiri. Akhirnya, pertemuan penuh topeng itu usai, dan ditutup ucapan, ”Eih... janji lho nek, kita sesama unggas jangan saling mendahului ya,” ujarnya, mirip tulisan di bis kota.

Usai pertemuan ini, bos merpati itu nelpon. Nadanya keras, lalu marah-marah. Rupanya, ancaman bos ayam sayur itu membuatnya keluar keringat dingin.

Diapun langsung panik sepanik-paniknya, mirip ibu-ibu kebakaran konde. Wajarlah, karena tuipikal merpati macam ini biasanya takut kehilangan banyak hal. Pantas jika cenderung Machiavellis.

”Apa hasil pertemuan yang kamu rangkum minggu ini?!”

Mendengar pertanyaan ini, kawanku yang sudah mengetahu akan pertemuan itu langsung berkata, ”Tenang saja bos, tak ada menyinggung ayam sayur lagi kok!”

”Eh nek, akika tahu enggak sih, tadi pagi bos ayam sayur datang ke kandang. Katanya kalian tak pernah meminta keterangan dari mereka. Pokoknya tak ada lagi ayam sayur!”

Dan, kalimat ini ditutup dengan kata amat menyakitkan si merpati, ”Kalau memang selalu bermasalah, bubarkan saja acaramu itu!”

Tidak ada komentar: