Jumat, 18 Juli 2008

Kisah dalam Sepotong Roti (2)

Habis, tak mampu lagi dimasukkan di roti tersebut, bukan karena ketokohannya, namun karena tak mempu beli beberapa potong roti sebagai syarat agar wajahnya naik!

Dari sini tampak, bahwa tim-tim penggerak pabrik roti ini hanya berpikir bagaimana menyelematkan bokongnya saja dari deraan target, tanpa mau susah payah berpikir lebih jauh. ‘’Ah yang penting aman!”

Proses brain wash ini (entah disadari atau tidak, entah disengaja atau tidak) terus dilakukan ke jajaran koki roti tersebut, manakala tiap minggu selalu dibeberkan data bahwa ‘’Kalau paling depan gambarnya ini, angka penjualannya segini”, begitu terus.

Menurut saya data seperti ini sah-sah saja. Tapi ingat, pembeberan data yang salah kaprah semacam ini hanya kian melemahkan kinerja koki saja, dan mencuci otak mereka agar berpikir praktis layaknya roti eceran.

Nantinya bisa timbul pola pikir, bahwa jualan roti itu ya gambar depannya saja, jadi buat apa bikin isi di dalamnya yang lain bagus?! Sementara koki yang bertugas memoles gambar paling depan berpikir, ‘’Ah tak perlu isi, yang penting jual wajah saja!” Yang lain akan berpikir, ‘’Buat apa kita menggali dan mencari variasi baru?!”

Bahaya memang. Padahal variasi, ibarat perekat dalam menjaring pelanggan, sekali lagi pelanggan, bukan pengecer. Tak hanya itu, lama-lama roti ini akan ditandai konsumennya, ‘’Ah roti ini hanya polesan doang, rasanya amburadul!”

Data ‘’lebih dari 50 persen pembeli roti ini adalah pengecer”, mestinya dijadikan pemicu untuk menggali ide-ide baru dalam merekatkan pelanggan, bukan malah makin gila-gilaan menjadikan roti ini sebagai roti eceran. Roti murahan!

Menurut saya ini hanya adalah bukti kemalasan dan kemandekan sebuah ide. Jangan hanya karena kemalasan tim pemasaran mencari ide-ide baru dalam mengembangkan roti ini, malah jajaran koki dimanfaatkan dan idealismenya dikorbankan.

Memang kita harus berpikir pasar, tapi tentunya tidak mengorbankan siapapun. Ini adalah sebuah brain wash!


Setiap zaman selalu melahirkan para tiran, sesaat mereka berhasil, namun mereka selalu JATUH. Selalu!

Tidak ada komentar: