Senin, 28 Juli 2008

Di-KO Ayam Sayur (2)

Dia melanjutkan, sebenarnya tujuan acaranya ini karena ingin mendekatkan merpati tersebut dengan margasatwa lain.

Selain itu, untuk melatih dan membiasakan speciesnya berhadapan, berkomunikasi, berinteraksi dengan beragam jenis margasatwa lain. ”Sebab selama ini, kawan saya tak berani tampil. Hanya diam saja!” tuturnya.

Dan yang terpenting, bagaimana mempraktikkan ilmu yang diperoleh di lapangan. ”Kalau hanya teori saja yang diberikan, kami sudah hatam. Yang penting sekarang praktik.

Satwa yang hebat bukanlah yang hanya hafal ribuan teori, semua ini tergantung aplikasinya di masyarakat! Toh kambing juga bisa berenang, meski tak baca teori bagaimana cara berenang!” jelasnya.

Soal tuduhan tak pernah meminta keterangan itu, menurut si merpati sama sekali tak benar. Justru si bos ayam sayur lah yang selalu menghindar saat timnya datang meminta keterangan soal keluhan satwa lain tadi. ”Sebenarnya kami yang dianiaya, tapi kok malah dibalik begini?” jelasnya.

Hingga akhirnya, saat rapat berlangsung, merpati protes. ”Tolonglah Bos, kalau ada masalah jangan kami juga diminta dikonfirmasi, jangan hanya mendengarkan pengaduan sepihak dari ayam sayur saja! Bagaimanapun kami bekerja di sini. Jadi kalau Bos sudah tak mau membela kami, lalu siapa lagi?” jelasnya.

Menurutnya, sebagai merpati yang bergerak di bidang jasa, wajar saja jika dapat dikomplen. ”Masalah selalu saja ada. Yang penting adalah bagaimana kita mengatasinya! Itu saja. Jangan mudah panik, bahaya,” jelasnya.

Namun sayang, rupanya penjelasan merpati ini susah ditangkap oleh pimpinannya itu. Sehingga diskusi di meja rapat itu jadi ajang kurang nyambung.

Terenyuh juga saya akan kisah merpati ini. Wahai burung merpati, biasanya semakin besar organisasi sosial, justru masalah itu bukannya datang dari luar, namun dari orang dalam itu sendiri. Yang mengekang kebebasan berpendapat bukannya dari satwa lain, namun dari lingkungan dalam itu sendiri. Semua hanyalah kepentingan.

Ada dongeng dari China, tentang anak muda yang menemui Xen Xen dan meminta petunjuk bagaimana jalan untuk sukses. Xen Xen pun membawa anak muda itu ke kali. Di sana dia membenamkan kepalanya berkali-kali ke air.

Tentu saja si anak muda memberontak dan mencoba sekuat tenaga keluar dari air. Namun, cengkraman tangan Xen Xen begitu kuat. Hingga tiga kali sudah dia menenggelamkan kepala si anak muda itu ke air.

Setelah lemas, Xen Xen mengajak anak muda itu pulang lalu diberi makan. Selanjutnya dia bertanya, ”Apa yang kamu inginkan saat saya tenggelamkan tadi.”

Si anak muda geram, lalu berkata, ”Ya bernafas!”

Xen Xen tersenyum. ”Jika keinginanmu bernafas sekuat keinginanmu untuk sukses, maka kamu akan bisa menuju ke sana.”

--------------
Hikmah dari tulisan ini adalah, bagaimana cara menangani masalah atau problem solving.

Tidak ada komentar: