Jumat, 25 Juli 2008

Dunia Fana Zein Alatas (1)

Saat membeli buku-buku Islam di Hang FM, Carnavall Mall Batam Center, mataku tak bergeming menatap seorang lelaki tua, oh… tidak, bukan lelaki tua, dia masih muda, sekitar kepala 4-an, Cuma rambutnya saja penuh uban.

Pakaian yang dinekanan bermodel gamis putih dengan celana warna senada yang ujungnya 10 centi dari tumit.

Saya perhatikan, lahap sekali dia menyantap nasi berbungkus stereofom yang menyajikan masakan padang, lauk ayam gule. Tanpa sendok, dia makan pakai tangan, sesuai sunnah rasul.

Sesekali kacamata minusnya mau jatuh, lalu dia seka lagi dengan punggung tangan kanannya.

”Mari Bang…” sapanya ramah. Oh, rupanya dia tahu saya perhatikan.

Lelaki itu mengingatkan saya pada lelaki yang di awa;l 2000an dulu menjadi buah bibir di Batam, lelaki top, kawan Wali Kota Batam, kala itu Nyat Kadir. Dialah Zein Alatas.

Tapi, apa iya? Kok Zein yang saya lihat ini berbeda 180 derajad?

Zein Alatas di awal 2000-an, merupakan bos Bank Pembangunan Riau. Dulu kantornya masih di Nagoya, dekat Soto Cak Man deretan restoran siap saji Jepang, Hoka Hoka Bento.

Selain bos BPD, Zein juga memiliki bisnis studio musik di bawah bendera BMC. Studio ini berada di lantai 1 rumahnya, kawasan Greend Land Batam Center. Tiap sore, banyak anak baru gede, bermain di sana. Saat itu, sewa perjamnya hanya Rp15 ribu.

Zein memiliki sebuah rumah lagi di samping, yang di emperannya dia bangun kafe yang menyajikan aneka soft drink dan roti isi. Di sinilah anak muda itu kerap kongkow, sebelum atau sesudah ngeband.

Tak hanya itu, BMC juga melebarkan bisnisnya ke sewa menyewa sound system. Saya masih ingat, mobil kantornya mirip kendaraan The A Team. Jenisnya juga minibus, bercat hitam pekat dengan tulisan ‘’BMC” berwarna merah di tiap sisinya.

Tahun 2002, di masa keemasannya, Zein memiliki studio rekaman pertama di Batam. Teknisinya, langsung dia rekrut dari Singapura, seorang lelaki keturunan Jawa bernama Sunaryo.

Di masa keemasannya inilah, saya sempat bertemu dengan Zein, di lantai dua rumahnya di Greend Land. Pertama kali melihat, saya sempat kagum. Luas rumah ini lebih dari 300 meter persegi dan di cat serba hitam, dengan sedikit lis putih. Terakhir saya baru tahu, bahwa ‘’hitam” merupakan brand imege perusahaannya.

Saya hitung lebih dari dua tingkat. Di lantai satu dibangun kamar-kamar kecil, tempat studio musik yang dia sewakan itu. Saya sempat mengintip dari pintunya, semua penuh dengan grup band anak muda yang lagi tampil.

Naik ke lantai dua, tempat saya bertemu Zein, di sana teronggok TV Sony 32 inc. Teronggok saja, tak ditonton. Di sini konon ditempati beberapa karyawan Zein, saat mau santai. Sedangkan keluarga Zein menempati lantai 2 dan 3.

Selain itu, interior rumah ini cukup lux. Sampai saya berdecak kagum. Pokoknya cukup mewakili nafsu duniawi.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualikum bagus sekali artikel anda,teruskan artikel-artikel sepertinya.
www.saiful-aiman.blogspot.com

soraya alatas mengatakan...

saya bangga menjadi anak nya.. karena dalam keterpurukan nya dulu ia tidak masuk kedalam kesesatan...

Anonim mengatakan...

semoga bisa seorang zein ini bisa lebih baik hidup nya kedepan, trims bgt bagi yang sudah fitnah beliau karna fitnah korup tadi bapak saya menjadi orang yang makin dekat kepada allah..

Anonim mengatakan...

saya tau pak zein itu orang seperti apa. apa yang dituduh kan kepada dia itu hanya fitnah yang ditujukan kepada nya. semoga pak zein bisa tabah atas semua yang telah menerima nya.