Rabu, 15 Oktober 2008

Bingungkan atau Senangkan

Bagaimana cara mempengaruhi seseorang? Gampang, bingungkan atau senangkanlah mereka.

Seorang kawan bertanya, ‘’Kalau mempengaruhi seseorang dengan menyenangkannya itu masuk akal. Tapi dengan membikin bingung, bagaimana caranya? Tentu mustahil,” ujarnya bersemangat.

Mari kita urai.

Tentunya, banyak peristiwa yang kita lihat soal betapa mudahnya seseorang dipengaruhi saat mereka bingung, atau dibikin bingung.

Contoh kecil, jika Anda sedang duduk berlima di sebuah bangku lalu tiba-tiba ada kawan Anda berdiri lalu berlari, maka reaksi yang timbul keempatnya akan mengikuti langkah orang pertama. Minimal akan berdiri dari tempat duduk lalu tolah-toleh sambil berkata, “Ada apa ya?”

Contoh lain yang lebih besar, tentu kita sudah melihat berapa banyak tokoh masyarakat atau pemimpin kelompok yang dihasilkan dari situasi chaos? Tak usah terlalu jauh ke Eropa, di Batam saja sudah cukup.

Masih ingat tahun 2000 lalu, saat demo penolakan PPN/PPn BM meledak. Apa yang tejadi? Dalam sekejap, muncul tokoh-tokoh masyarakat baru. Banyak bendera yang mereka usung, baik bersifat paguyuban dan patembayan.

Si tokoh muncul atau dimunculkan oleh orang orang yang merasa sedarah dan seide. Tujuannya, untuk melepaskan diri dari kekalutan yang saat itu melanda.

Ini terjadi karena sifat dasar manusia yang fragile dan selalu mencari pegangan saat panik dan bingung. Ibarat sedang dihanyut arus, tak ada dahan rumput pun dipegang.

Konsep ini sudah terjadi dari saat awal terbentuknya sebuah peradaban. Bermula dari hunting band (kelompok berburu), lalu menuju tribe (kesukuan) akhirnya memunculkan sebuah rural (kelompok pedesaan) hingga society (kelompok perkotaan).

Baik hunting hingga society selalu ada seorang pemimpin kelompok atau chief yang biasanya dipilih atau diangkat setelah dia berhasil menyelamatkan kelompoknya dari sebuah kebingungan atau krisis, misal peperangan dan masalah pangan.

Hingga kini, pemimpin kelompok ini terus berkembang dengan beragam sebutan yang terbagi dalam sistem tatanan masyarakat, kerja, hingga opini. Namun caranya tetap sama, yakni melalui proses krisis.

Sedangkan mempengaruhi orang dengan cara menyenangkan, tentunya kita sudah sangat mengerti.

Silakan Anda putar televisi saat ini. Di sana akan ada iklan sebuah produk yang meminta anak-anak hingga orang tua menjewab sebuah pertanyaan atau menyanyikan jinggle sebuah produk. Jika mereka berhasil, maka segepok uang langsung diberi.

Bayangkan. Seorang anak-anak hingga nenek-nenekpun sanggup menanggalkan image-nya dengan bernyanyi dan menari demi segepok uang ini. Mau apa lagi, mereka sedang senang sehingga sanggup menghilangkan rasio dan nilai-nilai yang ada.

Sebenarnya metode ini sudah dipakai zaman PKI dulu. Ayah saya sering bercerita, dulu orang akan diberi uang atau beras jika berhasil menyanyikan jargon-jargon partai palu arit itu.

Inilah yang dalam ilmu psikologi moderen disebut sugestible. Mempengaruhi seseorang dengan menyenangkan atau membingungkannya.

Dan kini jelang pemilu, kita akan lebih banyak lagi disuguhkan permainan suggestible ini. Model yang paling umum yang biasa dilakukan dengan menjadi pahlawan melalui momen kenaikan harga dan tarif hingga membagikan sembako.

Kita lihat saja, partai atau caleg mana yang mampu menyuguhkan atraksi ini dengan baik hingga dapat mempengaruhi manusia untuk mendukungnya.

Akhirnya, selamat membingungkan dan menyenangkan orang. Selamat datang suggestible game.

Tidak ada komentar: