Senin, 06 Oktober 2008

Untuk Zein

Allah rahman, Allah rahim. Allahu ya gaffar ya nuril kalbi…

Allah memang maha pengasih, maha penyayang. Sampai-sampai kalau marah pun, tak serampangan. Dia masih melihat dan mengerti kondisi mahluknya saat itu.

Kita tentu pernah mendengar firmannya, “Kalau Saya tak melihat bayi-bayi yang menangis dan orang-orang ahli sujud, sudah Ku luluh lantakkan bumi ini beserta isinya…”

Kalimat ini sudahlah cukup menegaskan, betapa kerahiman Allah. Dari sini pula bisa diartikan, jika Allah menimpakan sebuah musibah, itu tentunya sudah melalui pertimbangan yang matang.

Maka itu, dosa manusia juga dibuat bertingkat. Mulai kecil hingga besar. Jika Allah menurunkan azab, berarti dosa si mahluk sudah amatlah besar.

Tentunya kita pernah mendengar kisah Firaun. Raja mesir ini ditenggelamkan bersama bala tentaranya di sungai Nil, saat mengejar nabi Musa. Firaun ditenggelamkan setelah mendapat peringatan berturut-turut dari Allah, melalui mukjizat Nabi Musa.

Peringatan kecil ditampakkan, seperti menjelmanya tongkat Musa menjadi ular yang memakan ular ahli nujum sang raja, hingga peringatan yang lebih berat seperti serangan belalang, sungai darah, hingga sebuah wabah yang dalam semalam merenggut nyawa anak laki-laki.

Inilah bukti kerahiman Allah. Namun, ketika Allah sudah menurunkan bencana, tentunya tak hanya si pendosa saja yang terkena imbasnya, namun juga anak-anak, dan kaum beriman tadi.

Tak perlu saya kisahkan lagi bagaimana ganasnya tsunami, gempa bumi dan semacamnya. Dalam skala kecil, bagaimana orang-orang musyrik dan fasik masa kini ditumbangkan Allah hanya dalam seklip mata. Ada saja penyebabnya, tiba-tiba hartanya habis untuk hal-hal yang tak berguna.

Namun, tak semua bencana Allah itu adalah azab. Bisa jadi juga ujian atau teguran. Yang bisa menilai ini, tentu saja orang yang menderitanya. Mereka harus introspeksi, apakah musibah ini merupakan dampak sifat buruknya kepada manusia dan Allah.

Tentunya kita ingat kisah Nabi Ayub AS. Sang nabi adalah seorang konglomerat yang taat beragama. Sampai-sampai membuat malaikat dan iblis iri. Dasar Iblis, dia selalu berprasangka buruk dan mengklaim ketaatan Nabi Ayub kepada Allah karena dia dianugerahi kekayaan dan keluarga yang bahagia.

Allah pun membuktikannya dengan menguji Ayub dengan menarik semua nikmatnya. Semula diuji dengan kegagalan panen, matinya hewan ternak hingga serangan gempa bumi yang menghancurkan rumah megah dan merenggut nyawa anak-anaknya. Namun Ayyub tetap tabah.

Iblis belum puas. Allah pun kembali menurunkan ujian, dengan menjangkitkan penyakit pada sang nabi. Penyakit bisul di seluruh tubuh yang menebar hawa busuk yang menyebabkan Ayub harus dikucilkan oleh masyarakat sekitar hingga harus diasingkan di sebuah bukit. Bahkan, istri sendiri enggan mendekat.

Dari semua ujian tadi, tentunya yang terakhir amatlah berat. Apalagi jika seseorang itu menderita power syndrome, tentulah akan lebih memilih mati saja. Bayangkan, dari semula orang yang paling dihormati, kini menjadi orang yang paling dikucilkan.

Namun, Ayub tetap tabah hingga akhirnya sebuah mukjizat datang yang menyembuhkan bisulnya. Selanjutnya Allah mengembalikan lagi nikmat Ayub yang telah dia ambil sebelumnya.

Ini adalah sebuah gambaran mana itu ujian, teguran dan azab. Saya kadang agak geli juga menyaksikan infotainmen, tentang artis saat ditimpa kemalangan tiba-tiba mengklaim bahwa dia sedang diuji oleh Allah. Padahal, kesehariannya sangat jauh dari sujud. Suka mabuk, berzinah dan lain-lain. Ada ada saja.

Allah maha pengasih, Allah maha penyayang, Allah maha pengampun, cahaya hati.

-------------------------

Tulisan ini aku dedikasikan untuk Bang Zein. Radio hang FM yang dikelolanya lumat dilalap api. Padahal Bang Zein baru bangkit dari musibah yang membuat karir dan hartanya hancur.

Tabah ya bang, semoga musibah ini bisa menjadi hikmah. Yakinlah Bang, tragedi itu adalah alat untuk mencari kebijaksanaan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Salam Kenal Ya,.. waktu itu sekitar jam 15:40 sampai di My mart studio masih panas, peralatan elektronik ludes semua.