Jumat, 31 Oktober 2008

Rantai Makanan, Berubah dan Mengubah

Raja media di Sumatera, Rida K Liamsi (semoga beliau dan keluarganya dimuliakan Allah) menggambarkan potret kehidupan masyarakat seperti laron. Terbang ke sana ke mari untuk mencari cahaya lampu, dan saling berebut untuk mendapatkan cahaya.

Yang Amat Berhormat pemimpin orang-orang bijak itu melanjutkan, ''Terkadang kita harus mengorbankan jiwa dan harta, hanya untuk sekedar mendapatkan cahaya untuk diri sendiri.'' Cahaya di sini tentu bermakna luas. Bisa berarti makanan, karir dan hal-hal gemerlap lain.

Analogi lebih eksterem lagi muncul di Barat yang mengidentikkan manusia seperti belalang. Di mana selalu menyebar mencari sumber makanan baru. Di mana ada sumber makanan baru, di sanalah mereka membentuk koloni (kota). Setelah sumber makanan itu habis, mereka akan hengkang mencari sumber makanan baru lain di belahan bumi lain.

Charles Darwin dalam teori evolusinya lebih “garang” lagi. Sumber makanan ini memunculkan slogan teori survival of the fittes (mereka yang mampu bertahan, serasi, cocok, sesuailah yang akan tetap hidup).

Darwin banyak mencontohkan bahwa dulu Jerapah itu hanya setinggi rusa. Namun, karena harus bertahan hidup dengan memakan pucuk-pucuk pohon, maka lehernya memanjang. Sedangkan yang lehernya tak berubah panjang, akan mati karena kehabisan makanan.

Bahkan katanya, banyak beruang yang mencoba mencari makan di air berevolusi menjadi ikan paus. Meski teori evolusi ini akhirnya ambruk di awal abad ke 19 setelah ditemukannya teori genetika oleh peneliti Austria, semua ini berurai akan keterikatan manusia akan rantai makanannya.

Beberapa gambaran di atas seakan mengingatkan kita akan demam emas di Pegunungan Calofornia, Amerika. Hal ini bermula ketika James Wilson Marshall menemukan emas ketika membangun sebuah tempat penggergajian untuk John Sutter pada tahun 1848.

Bak laron tadi, berduyun-duyun manusia pergi ke sana, membuat pegunungan tersebut dari mulai tak berpenghuni menjadi sebuah kelompok caravan, lalu berkembang menjadi desa kecil, dan akhirnya kota.

Banyak orang yang menjadi kaya, namun ada pula yang tidak. Demam Emas California berakhir tahun 1855, yang saat itu, penambang emas kembali ke rumah karena emas makin sulit ditemukan.

Hingga kini kisah ini tetap abadi. Jadi kisah turun temurun tentang sejarah sebuah peradaban, yang berbumbu epos, mitos hingga legenda. Dari sinilah Levi Strauss menemukan dan menjual jins yang dibuat dari denim.

Kisah lain, semasa di madrasah dulu, saya sering juga mendengar hikayat Nabi Khaidir. Dalam perjalanannya beliau melihat sebuah kota yang ramai. Hingga beratus tahun kemudian beliau datang kembali, kota tersebut sudah kosong berganti padang rumput yang luas.

Beratus tahun kemudian beliau datang lagi, tempat tersebut menjadi danau. Dan setelah beratus tahun lagi datang, telah menjadi kota yang padat kembali.

Seiring perkembangan zaman, manusia juga berkembang. Dari mulai hanya kelompok berburu, kelompok budaya, hingga kini membangun peradaban, mereka selalu tinggal di dekat rantai makanannya. Makanan di sini sudah diartikan sumber daya yang terbagi kebutuhan primer, sekunder dan tersier.

Manusia terus berkembang, manusia terus bertahan. Sementara sumber daya kian menipis dan tak bisa bertahan, memaksa mereka harus berubah dan mengubah. Kalau dulu jarapah tak bisa bertahan karena tak memiliki leher panjang, kini manusia akan bernasib sama jika tak mampu berubah dan mengubah tadi.

Wajarlah jika Nabi Muhammad pernah bersabda, agar ummatnya tak mendidik anak-anaknya sama dengan cara mendidik yang diterima di masanya. Karena zaman para orang tua itu, berbeda dengan zaman anak-anak kini.

Kebutuhan kian meningkat, sementara sumber daya terbatas membuat dari zaman ke zaman kian keras dan memaksa manusia memiliki pertahanan yang keras pula. Dengan didikan yang tepat, maka mereka akan mampu menciptakan strategi, ilmu pengetahuan yang baru, alternatif sumber daya baru, sehingga tetap mampu bertahan di bumi, pemimpin di bumi.

Mungkin dari sinilah Hollywood memfilmkan, suatu saat sumber daya di Bumi habis, sehingga manusia akan pindah ke Mars membangun peradaban baru di sana. Ada juga kisah petualangan tentang mahluk asing yang menjajah bumi karena sumber daya (baca energi) di planetnya sudah habis.

Bisa jadi semua hayalan ini akan nyata, senyata hayalan film Flash Gordon yang mengisahkan akan perjalanan manusia ke bulan. Dulu film ini sempat dikecam, namun kini manusia bisa membuktikannya. Manusia berubah, manusia mengubah.

----------
Tak ada yang abadi, termasuk masalah kita.

Tidak ada komentar: