Jumat, 20 Juni 2008

Aku dan Mulut Besarku


Di saat mulutku memuji dan menyanjung, sebenarnya saat itu saya mencibir dan menganggap mereka seperti pengemis yang menangis saat minta makanan.

Di saat mulutku memberi masukan dan kritik, sebenarnya saat itu saya peduli dan menganggap mereka seperti orang yang terhormat.

Tapi mengapa mereka senang saat mulutku memuji dan menyanjungnya, meski sebenarnya saat itu saya mencibir dan menganggap mereka seperti pengemis yang menangis saat minta makanan.

Dan mengapa mereka marah dan tak mau mendengar saat mulutku memberi masukan dan kritik, meski sebenarnya saat itu saya peduli dan menganggap mereka seperti orang yang terhormat.

Ah... tak heran jika para penjilat subur di sini...


-----------
Tulisan ini saya dedikasikan bagi para pemburu sanjungan. Segeralah temui psikiater. Ada yang tak beres pada kesehatan jiwa Anda.

Tidak ada komentar: