Selasa, 10 Juni 2008

Bertemu Suku Laut


Suku Laut merupakan suku asli di Kepulauan Riau. Ibarat kaum gypsi, rumah mereka adalah perahu kecil. Dengan ini, mereka berpindah-pindah hingga di serata Kepri.

Sebulan lalu, saya sempat bertemu keluarga suku laut di Rumah sakit Otorita Batam. Sang ayah bernama Sari, umurnya sekitar 35-an tahun. Penampilannya lusuh, kakinya pun tak beralas.

Sementara sang istri bernama Zaina (sekitar 27-an), sudah tiga hari terbaring tak berdaya di ruang rawat inap. Putri semata wayang mereka, Sarna (7 tahun), ikut mendampingi. Karena kondisi ekonomi, Sarna tak bisa sekolah.

''Kata dokter istri saya hamil di luar rahim Bang. Jadi terpaksa dioperasi,'' jelas Sari.

Selanjutnya dia berkisah, kehidupan Suku Laut berbeda dengan dulu. Kebanyakan mereka sudah mau menetap di darat. Sari sendiri bekerja sebagai nelayan, pemandu kapal, tukang membuat perahu, dan kadang menyelam mencari kerang.

Riwayat hidupnya yang besar di laut, membuat lelaki berpostur 180 cm ini mampu mengenali di mana letak karang berada. Tak hanya itu, Sari juga mahir menyelam dan menangkap ikan. ''Saat memancing, saya bisa membedakan ikan dari cara dia menyambar umpan,'' jelasnya.

Tak lupa, dia mengajak saya main ke rumahnya, yang berada di pulau dekat Uban, Bintan. ''Telepon saja ya bang,'' dia memberi nomor HP-nya.

Setelah seminggu berlalu, istri Sari sudah sembuh. Dokter bilang sudah bisa dibawa pulang. Namun, hal ini tak bisa dilakukan. Pihak rumah sakit masih menahan, sebab Sri tak punya uang untuk membayar perawatan yang jumlahnya di atas Rp6 juta itu.

Sari pun mulai stres. ''Ya kan Abang tahu sendiri, kami ini bukan orag darat,'' jelasnya.

Namun untunglah, ada beberapa dermawan yang peduli akan kelangsungan Suku Laut datang membantu. Hingga akhirnya mereka bisa pulang.
-----------------
Keterangan foto: Kehidupan Suku Laut

Tidak ada komentar: