Jumat, 27 Juni 2008

Telinga Kiri Hilang (3)

Saya melihat liangnya merah, dengan calar-calar memanjang, mirip jejak ban sepeda motor. ”Ini tadi bapak korek ya? Ini bekasnya.” Sayapun mengangguk.

Hingga akhirnya, saya melihat di ujung liang telinga itu ada dinding bulat berwarna hijau kemerahan dikelilingi garis merah kecoklatan. Letaknya sekitar 2 cm dari gendang.

”Nah di sini masalahnya. telinga Bapak tersumpat kotoran telinga. Nanti saya terangkan kenapa begini.”

Tak lama sang dokter mengambil alat berbentuk pistol, dengan moncong sebesar limun juga. Setelah diujungnya dibasuh alkohol 90 persen, dia langsung memasukkan ke telinga saya tadi.

Dan... Zing... Kre.. kree... kreekkk... Alat tersebut bekerja, menyedot kotoran tadi. Rasanya, geli diselingi rasa ngilu yang tipis dan tajam. Saya sampai tak tahan.

Setelah itu, wa wa wa wa... Suara-suara yang tadinya hilang kembali terang. Ibaratnya, sudah stereo lagi. ”Alhamdulillah, Engkau kembalikan pendengaran saya...” sebuah puji syukur keluar spontan. Dokterpun tersenyum kecil, lalu dia mengambil cotton bud dan membersihkan telinga saya, setelah itu langsung duduk di kursinya.

”Telinga bapak tersumbat oleh pengikisan kotoran,” jelasnya. Jadi, saat saya memasukkan alat tetes telinga itu, rupanya kandungannya melarutkan kotoran telinga hingga terjadi penumpukan dan tak lama mengeras, sehingga menghadang saluran gendang. Pantas saja saya kehilangan pendengaran.

Dia juga berpesan agar tak usah lagi menggunakan obat tetes tersebut. Sebab hanya membuat kotoran jadi mengambang saja.

”Kalau mau dibersihkan pakai cotton bud yang ujungnya dicelup ke baby oil. Tapi dalamnya tak lebih segini,” katanya, sembari menunjukkan ujung cotton bud yang panjangnya tak lebih dari seruas jari.

”Ya kalau bisa jangan sering dibersihkan Pak, kan itu juga untuk menjaga agar telinga kita tetap aman,” bebernya. ”Karena telinga bapak sehat, maka tak saya kasih obat,” jelasnya. Sayapun langsung bersiap pulang.

Ah senang rasanya, pendengaran kembali pulih. Ada pelajaran yang bisa saya petik di sini. Namun yang tak enak saat membayar di kasir, sungguh mahal, sampai menguras uang Rp200 ribu. Biaya konsultasinya saja mencapai Rp80 ribu, sisanya untuk biaya tindakan dan administrasi.

Biaya yang cukup sesak bagi saya yang hanya memakai sandal jepit ini. Tapi sudahlah, itung-itung punya pengalaman kotoran telinga saya dibersihkan dokter spesialis.

Tidak ada komentar: