Senin, 23 Juni 2008

Buka Tempurung, Temui RT/RW se Batam (2)


Lain padang lain ilalang, lain daerah lain juga adatnya. Saat kunjungan itulah saya mendapat pelajaran bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang yang sangat majemuk dan memiliki latar belakang dan disiplin ilmu yang jauh dari apa yang selama ini saya anut.

Yang lebih berkesan adalah, penyambutan mereka yang bersahaja. Khas dengan adat dan perilaku yang mereka emban. Tak sedikit pula yang datang kaum wanita, ibu-ibu, hingga nenek-nenek.

Bahkan saya terharu melihat anak-anak kecil, terlelap di pangkuan ayah dan ibunya demi menyaksikan kami diskusi. Jadi diskusi ini bisa mengalahkan rekor penonton film Ayat Ayat Cinta, ha ha.

Tempat diskusi pun beragam. Kadang di rumah penduduk, kafe, gasebo, masjid, hingga di tengah jalan komplek perumahan. Suguhan hangat pisang goreng dan teh, kerap menemani dalam setiap sesi.

Bahkan saat diskusi di Perumahan Palam Permai, depan rumah Pak Umar, saya sampai tak kuat menahan kenyang, karena banyaknya makanan dan aneka minuman yang disajikan. Mulai teh, air mineral, hingga jus jeruk dingin. Tak lupa, gorengan, kacang garing, hingga martabak coklat ikut meramaikan suasana.

Seperti biasa, dalam diskusi selalu saja ada orang yang sok tahu, narsis, hingga yang tak nyambung dan munafik. Namun juga banyak yang bijaksana.

Selain itu adanya orang yang vokal dan sangat vokal. Setiap sesi selalu mau ngomong. Dan kebalikannya, yang paling banyak saya temukan adalah peserta yang diam. Entah paham atau sebaliknya, pokoknya diam. Jika ditanya pura-pura ada SMS, atau kadang hanya lempar senyum.

Menghadapi jenis-jenis individu semacam ini, memang memerlukan teknik psikologi komunikasi tersendiri. Kuncinya memang harus banyak mendengar dan selalu meletakkan hati di telapak kaki. Bukalah semua tempurung itu, karena di sini tak ada arti.
----------
Foto: Suasana saat diskusi di Perum Cendana. Anak kecil tertidur di pangkuan ayahnya.

Tidak ada komentar: