Jumat, 27 Juni 2008

Telinga Kiri Hilang (2)

Pagi menjelang, kerjapun tak tenang. Semua kawan-kawan di kantor yang saya tanya, selalu menyarankan hal yang sudah saya lakukan.

”Masukkan air ke telinga, lalu keluarkan lagi,” begitu. Anehnya saya selalu saja lakukan saran ini hingga leher saya pegal.

”Aha... Mungkin ada cara lain.” Sebuah ide keluar. Saya ambil selembar tisu lalu dilinting kecil lalu dimasukkan ke telinga yang tersumbat tadi. Harapan saya, air tersebut akan diserap dengan baik.

Tapi apa yang terjadi, dug... dug... ksek... ksek... Tisu tersebut seolah membentur dinding. Padahal kalau dirasa, alurnya mestinya lorong telinga tak berakhir di sana.

Panasaran, saya mengambil cotton bud ukuran kecil lalu saya masukkan. Kali ini saya coba gesek dinding tadi. Auch... rasanya ngilu, tipis dan tajam. Ah mungkin ini gendang telinganya.

Hingga pada kedua, tepatnya hari Minggu saya sudah tak tahan lagi. Melalui telepon saya hubungi beberapa rumah sakit, apa ada dokter Spesialis THT-nya yang buka praktik. Akhirnya, dapat juga. Tempatnya di Rumah Sakit Harapan Bunda.

”Nanti praktik jam tujuh (19.00) Pak,” jawab suara di ujung telepon. Seusai salat maghrib, saya meluncur ke sana.

Tak menunggu lama, seorang suster berjilbab memanggil nama saya. Seorang dokter usia 40-an berambut kribo, telah menunggu ramah sambil mempersilakan duduk. Setelah diagnosa sebentar, dia mempersilakan duduk di kursi khusus.

Kursinya mirip dengan kursi pasien dokter gigi, memiliki poros di tengah sehingga bisa memutar 180 derajad. Cuma bedanya, sandarannya tak bisa digerakkan. Tetap 90 derajad.

Tiba-tiba dia mengeluarkan alat mirip sedotan limun dan langsung dimasukkan ke telinga kanan saya. Ternyata di ujung alat itu ada sebuah kamera dan lampu cukup terang. Alat ini terproyeksi ke sebuah televisi layar cembung 21 inchi.

”Ini pak gambaran telinga sehat,” katanya, menunjuk ke televisi. Di sana saya lihat liang telinga saya bersih. Sebuah benda bulat mirip plastik, berkilau saat terkena sinar alat tesebut. ”Ini adalah gendangnya Pak,” jelasnya.

Selanjutnya, jelajah dilanjutkan ke telinga kiri yang tersumbat itu. Ampun apa yang terjadi?

Tidak ada komentar: