Jumat, 20 Juni 2008

Evolusi Gaya Hidup Seluler (1)


Tiga belas tahun lalu, sekitar tahun 1995, mungkin sebagian besar kita kurang begitu familiar dengan apa itu telepon seluler. Terlampau mahal. Masyarakat saat itu masih dilanda demam pager. Bibip bibip... begitu bunyinya.

Masih ingat, saat itu operator yang baru ada hanya Telkomsel. Untuk berlangganan prosedurnya cukup rumit dengan harga nomor yang cukup mahal. Saat itu harga kartu pascabayar Simpati yang seken saja mencapai Rp900 ribu.

Jika yang baru, maka bisa mencapai di atas Rp1 juta-an. Kalau kartu prabayar (Halo), tentu lebih selangit lagi. Apalagi kalau minta nomor cantik, maka akan lebih-lebih mahal lagi.

Karena masih menjangkau kalangan atas itulah, penjualan kartu telepon Telkomsel ini tak sebanyak dan sebebas sekarang. Tempatnya di gerai khusus di mall, dekat dengan gerai produk yang menjajakan parfum kelas internasional.

Harga pulsanya juga masih selangit. Tarikan sekali nelepon saja bisa mencapai Rp3 ribuan. Angka ini terus ber-multilpy seiring bunyi denyutan terdengar. Jika menelepon ke operator berbeda, maka tarifnya akan berkali-kali lipat mahalnya.

Hal ini terjadi karena masih adanya roaming nasional dan internasional, sehingga tak hanya si penelepon, yang menerima pun meski itu telepon rumah, juga ikutan terkena getahnya harus bayar pulsa. Akibatnya, banyak ibu-ibu yang mengeluh jika menerima telepon dari ponsel ini.

Karena masuk kena bayar kena itulah, maka kala itu ponsel hanya dipakai pada saat paling diperlukan saja. Apalagi penggunanya masih jarang.

Ponsel sendiri mulai menyentuh kalangan menengah pada akhir 1998-an. Kala itu juga, Nokia belumlah dikenal seperti saat ini. Merek ponsel yang paling banyak dipakai adalah Motorolla dan Erickson.

Biasanya bentuk pesawatnya lebih besar sedikit dari remote TV, berwarna hitam, dan selalu pakai antena dengan layar berwarna kuning seukuran jari. Tebalnya juga mencapai 4-5 cm. Hal tersebut dibuat agar bisa sempurna menyanggah baterai yang cukup berat.

-------------
Keterangan Foto: Inilah mbahnya ponsel

Tidak ada komentar: