Jumat, 22 Agustus 2008

Pekerjaan dan Kebutuhan



Saat ini hampir di serata pemerintah daerah Kepulauan Riau (Kepri) mengadakan seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS). Inilah saatnya mencari tenaga baru yang lebih segar, leboh bersemangat dan lebih profesional. Tentunya kita tak ingin apabila rekrutan CPNS dengan baiya besar ini hanya menghasilkan para pegawai dengan sindrom air soda. Apa itu?

Cobalah beli sebotol air soda, lalu guncang. Dalam sekejap, busa dalam jumlah banyak akan keluar hingga memenuhi botol. namun jangan gembira dulu, karena dalam hitungan detik busa itu akan berkurang sampai akhirnya lesap tak bersisa. Lalu apa hubungannya denagn mental pegawai, berikut uraiannya.

Sudah menjadi hal umum, jika dalam tes wawancara penerimaan calon karyawan, semua jawaban di dalamnya serba optimis, idealis dan rela susah. Intinya, semakin dibom dengan berita sedih, semakin kuat semangatnya (menjawab) untuk bertahan.

”Ngapain mau kerja di sini? Susah, gajinya kecil.”

Mendapat pertanyaan ini umumnya menjawab, ”Ah tak apa-apa. Justru ini adalah tantangan dalam hidup. Kebetulan saya orangnya suka tantangan.”

Hal yang lebih menarik ketika wawancara mulai menyinggung soal iming-iming kesejahteraan yang akan mereka dapat. ”Di sini peluang karir sangat luas. Jadi bisa jadi Anda nanti dapat mengembangkan diri lebih bagus lagi.”

Jawab mereka, ”Ah, bagi saya bisa bekerja dan diterima di sini saja sudah syukur.” Demikianlah.

Apakah nanti antara jawaban dan praktik di lapangan itu sama? Tentu waktu jualah yang bicara. Biasanya tak lama, pada tiga bulan pertama semua sifat aslinya akan terbongkar. Di sini akan dapat dinilai, apakah dia memang serius atau tidak. Saat itu pulalah akan dapat dilihat, apakah dia konsisten atau tidak.

Hal ini terjadi tak terlepas dari sifat manusia yang suka akan kebaruan. Hal itu mencakup juga suasana baru. Saat mendapat hal yang baru, biasanya akan timbul rasa apa yang orang Jawa sebut kemaruk. Kalau di bidang pekerjaan, biasanya akan di tunjukkan dengan tingkah yang kelewat; kelewat rajin dan kelewat-kelewat yang lain.

Namun seiring waktu, biasanya paling lama tiga bulan, kebosanan mulai merayap, sedikit-demi sedikit tingkah yang kelewat tadi akan memudar bahkan menjadi sebaliknya. Yang parah, jika semula kelewat rajin, menjadi kelewat malas! Inilah yang saya sebut dengan sindrom air soda tadi.

Agar hal ini dapat dikurangi, bisa disaring melalui metode yang dalam psikologi industri (organisasi industri) bernama Kraeplin atau psikotes.

Dengan tes ini selanjutnya akan tampak bagaimana mental asli pegawai atau karyawan yang bersangkutan, apakah memiliki motivasi yang bagus, apakah dia kecekatan, apakah memiliki ketepatan, dan bagaimana langkahnya saat menghadapi tekanan kerja. Apakah mampu melewatinay dengan baik, atau memilih panik, lepas tanggung jawab atau malah down!

Melalui tes inilah, pimpinan perusahaan akan mendapatkan barometer dan penilaian akurat mengenai si karyawan, apakah sudah sesuai standar dan efisien.

Saya rasa, selain membersihkan calo dan titipan, tak ada salahnya Pemda Kepri mencoba metode ini. Toh peminatnya sangat banyak, sehingga bisa terseleksi dengan baik antara yang mau bekerja dengan yang hanya cari peruntungan saja.

Setelah semua tersaring, lalu apa? Giliran mereka yang harus diperhatikan kebutuhannya. Abraham Maslow, pakar manajemen pernah mengurai, manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan dari yang paling penting hingga tidak penting, dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai. Menurutnya, motivasi manusia sangat dipengaruhi kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.

Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu, kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan, perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.

Terjemahan bebas dari lima kebutuhan dasar Maslow tersebut adalah.

Kebutuhan Fisiologis: Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.

Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan: Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

Kebutuhan Sosial: memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.

Kebutuhan Penghargaan: pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

Kebutuhan Aktualisasi Diri: Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

Di sinilah nantinya kesejatian akan teruji. Yang tak kuat atau merasa tak cocok dengan harapan akan keluar. Sedangkan yang bertahan, masih akan dihadapkan pada dua pilihan; Jika si pekerja menjadi orang yang selalu bersyukur, maka akan tetap bersih. Namun, jika menjadi pemuja materi, maka akan belajar koruptor dan lainnya.

------------------
Foto: Tahapan (dari dasar ke puncak) piramida kebutuhan Maslow.

Tidak ada komentar: