Jumat, 22 Agustus 2008

Nge-Blog


Saat asyik posting, seorang kawan datang dan bertanya apa pentingnya nge-blog. ”Mau narsis-narsisan ya?” sindirnya.

”Oh, tentu tidak. Lagian apa yang mau dinarsiskan. Toh saya bukan apa-apa,” jawab saya.

Karena kawan saya terus mendesak, lalu saya katakan apa alasan utama saya nge-blog ini.

(1) Saya mau transfer otak ke blog.
Otak kita sangat luar biasa. Di dalamnya ada 100 miliar sel yang saling bertaut dan terus menyerap jutaan informasi, sejak kita kecil hingga saat ini. Beragam pahit manis kenangan, pengalaman buruk dan menarik, musibah dan hikmah, tersimpan di sana.

Sayangnya, kemampuan menyimpan otak ini tak bisa bertahan lama, seiring usia. Saya takut informasi tersebut ikut terkikis, maka dari itulah saya berusaha menggali lalu memindahkan ke blog.

(2). Otak ibarat pisau, jika kurang diasah maka akan tumpul.
Tiap hari saya selalu berhadapan dengan hal baru, baik itu informasi dan pengalaman. Dari sinilah saya belajar menggali, menganalisa, lalu menulis resumnya. Hasil-hasil pemikiran baru inilah yang juga saya pindahkan ke blog. Karena, sekali lagi, kalau disimpan di otak khawatir terkikis.

Selain itu suatu saat saya bisa melakukan kajian ulang dan komparasi jika menghadapi masalah yang sama, atau masalah lama namun aktual kembali. Jadi semacam tabungan ide-lah. Sewaktu-waktu dibutuhkan bisa dipakai.

(3). Saya bisa belajar menulis.

Posting tak perlu banyak-banyak, 10 topik sebulan saja sudah cukup. Karena ini untuk jangka panjang.

Kawan saya terdiam, lalu tersenyum simpul. terutama saat mendengar penjelasan kedua saya tadi. ”Ngapain juga repot. Toh pemikiran kamu tak dibutuhkan di sini,” katanya.

Wah, tajam juga kata-katanya. Sejenak saya terdiam lalu menjawab, bahwa sebagai lelaki muslim saya tercipta untuk menjadi khalifah. Minimal di keluarga. Saya rasa, pemikiran-pemikiran saya ini tetap diperlukan sebagai bekal mendidik anak saya kelak.

Paling tidak jika nanti saya telah tiada, buah pemikiran saya masih bisa dicerna oleh keturunan saya. ”Asalkan google masih beroperasi,” jelas saya.

Cicero pakar hukum dan filsuf besar dari zaman Romawi berkata, kehidupan yang mati tersimpan dalam kenangan yang hidup.

Tidak ada komentar: