Selasa, 19 Agustus 2008

Untuk Koes (1)

”Kus”.

Nama lengkapnya Yani Koeswara, tapi saya dan kawan-kawan memanggilnya ”Pak Kus”.

Pak Kus, adalah guru di SMA kami, SMA Muhammadiyah 1 Gresik, yang berada di Bawean. Di sana, dia banyak mengajar tentang kesenian. Bidangnya adalah teater dan puisi.

Latar belakang Pak Kus adalah wartawan. Dia juga penulis lepas di sebuah majalah terbitan Surabaya. Tiap minggu ada saja cerpennya muncul. Kadang juga dicergamkan.

Pak Kus sendiri asli Malang, namun dia sudah lama mengajar di SMA Muhammadiyah Bawean. Saya sendiri mengenal Pak Kus sejak masih SD. Dia memang guru yang didatangkan khusus oleh yayasan untuk mengajar di Bawean.

Lewat tangan dinginnya Muhammadiyah banyak meraih penghargaan di bidang seni.

Pak Kus adalah seniman, maka itulah dia belajar kesenian. Panampilannya sangatlah nyeni. Yang masih terekam dalam ingatan saya, tingginya sekitar 170 cm, tidak gemuk namun tak terlalu kurus. Wajah Pak Koes berbentuk lonjong, rambutnya tebal di-beatle.

Yang khas adalah matanya, sepintas seperti orang ngantuk. Jika bepergian, Pak Kus selalu memakai kemeja dengan celana cutbray warna coklat Pramuka.

Sebenarnya, saya tak pernah diajar Pak Kus secara langsung di kelas. Karena setelah saya SMA, Pak Kus sudah pindah ke Jawa. Perkenalan langsung saya dengan Pak Kus terjadi ketika saya masih SMP kelas 1. Saat itu, sekitar tahun 1987-an Panitia Hari Besar Nasional, mengundang Muhammadiyah untuk memeriahkan pentas kemerdekaan di kota kecamatan kami.

Saat itulah, Pak Kus mendapat tugas dari ketua Yayasan. Maka, dipilihlah sebuah tema pementasan drama berjudul Raden Sutawijaya dan Arya Penangsang.

Sinopsisnya seperti ini, Raden Sutawi Jaya adalah anak kecil putra Raja Pajang, di era Mataram Islam. Ayahnya Ki Ageng Pamanahan dibunuh oleh pamannya sendiri bernama Arya Penangsang.

Hingga akhirnya, Sutawijaya membalas dendam dan berhasil membunuh Arya Penangsang dengan keris pusaka. Kisah ini mirip David dan Golliath.

Tidak ada komentar: