Kamis, 25 September 2008

Berpetualang di Pinang (1)

Druk…. Breeeeettttt…

Sepeda motor bersama pengendaranya itu roboh lalu terseret beberapa meter, kala roda kirinya menggesek bemper depan mobil Kijang sewaan yang kami tumpangi.

Astagfirullah…

Kami semua memekik. Untung, Latief si pengemudi langsung mengerem, kalau tidak peristiwa lebih mengerikan lagi akan terjadi; Pengendara Motor Tewas Bersimbah Darah, terseret Kijang 10 meter, kepala pecah, motor ringsek. Begitulah kira-kira bunyi headline yang akan terbit di koran-koran kriminal, jika Latief telat mengerem.

Saat itu, Rabu 17 September, sekitar pukul 14.00, kami memang baru saja mengantar sebuah kursi roda untuk Adinda (7), bocah miskin penderita lumpuh layu di rumah petak yang mereka kontrak di Sidodadi Balakang Pasar Kijang, Bintan Timur. Kami memulai perjalanan dari Batam sekitar pukul 06.00 dan kembali ke Batam sekitar pukul 16.00.

Selain Latief, sopir yang juga staf pemasaran perwakilan Tanjungpinang, ikut bersama saya anggota KPID Kepri Lilis Lishatini, Drs Andi Amri dan Agnes Pintauli, anggota LSM Ketapang yang kini maju bertarung di nomor urut 1 menuju kursi DPRD lewat Partai Hanura. Mereka berada di jok belakang, sedangkan saya menemani Latief di jok depan.

“Turun yok,” ajak Latif. Kerongkongannya tercekat. Wajahnya yang selama perjalanan tampak ceria dan selalu mesem, mendadak tegang. Saya melihat kedua tangan lelaki Betawi yang gemar melucu ini gemetar.

Kompak kami semua turun menghambur. Andi Amri yang berbadan besar langsung mengangkat sepeda motor lelaki tersebut hingga berdiri kembali, sedangkan Latief menemui si korban, yang baru berdiri dari rasa sakit setelah terseret hampir 3 meter itu.

Saya lega, begitu melihat di tubuh lelaki kekar, tinggi sekitar 165 cm, tak mengeluarkan darah.

“Gimana sih Bapak kok tiba-tiba muncul,” hardiknya.

“Ya saya minta maaf Pak, kalau saya salah… Ini kan bulan puasa Pak tak baik marah-marah, takut batal,” hiba Latief.

“Ah saya juga puasa!”

”Ya maka itu Pak, mending kita saling memaafkan. Sayang kalau puasa kita batal.”

“Udah… udah… udah… udah! Tak apa apa kok!” potong Andi Amri lembut.

Serentak perhatian kami semua tertuju pada sepeda motor si korban. “Tak apa-apa gimana! Ini banyak rusak,” ujar si korban, masih dengan suara meninggi.

Tidak ada komentar: