Jumat, 12 September 2008

Celoteh Ramadan (15)

Akibat insiden salah tangkap Cik Amat atas Cik Mamah, unsur musyawarah pimpinan kampung (muspikam) menonaktifkan status Cik Amat sebagai keamanan. Selanjutnya, mereka menyidang Cik Amat.

”Saye tak sengaja Tuan! Ini semue saye lakukan demi menjage keamanan kampung kite tercinte ini!” bela Cik Amat di depan para unsur Muspikam.

Akhirnya, beberapa saksi ahli didatangkan. Setelah mendengarkan argumen Cik Amat serta melalui olah peristiwa, akhirnya mereka menyatakan Cik Amat tak bersalah akan hal ini.

Cik Amat pun kembali bebas dan statusnya sebagai keamanan kampung diaktifkan kembali. “Saye harap, jangan salah tangkap lagi,” pinta Tuk Mamat, tetua di kampung itu.

Cik Amat pun mengangguk, lalu pulang. Di rumah Cik Amat berpikir. Angannya menerawang kepada para tokoh super hero pujaannya, Spiderman dan Superman. Mereka selalu pakai kostum saat beraksi.

Untuk itu Cik Amat berniat menirunya. ”Saye harus tampil dengan wajah baru,” batinnya.

Dia pun mulai merancang-rancang sebuah kostum baru. Yang jelas bukan seperti Spiderman atau Superman.

Cik Amat pun punya ide. Dia mengambil baju pramuka lamanya. Selanjutnya Cik Amat memakai sepatu safety yang lalu dicat hitam dengan paduan warna putih di atasnya. “Supaye mirip sepatu lars petugas lah,” batinnya.

Tak hanya itu, Cik Amat membuat engkel tangan sepanjang 10 cm yang dicat motif belang zebra. Sebuah kacamata hitam pun kini menghjias matanya, mirip agen FBI.

Jreeeeng…. Kini menjelmalah Cik Amat dengan wajah barunya.

Namun dasar Cik Amat, dengan kostum barunya itu dia malah kian pongah. Dengan alasan pengetatan keamanan di menerapkan sistem sergap langsung, mirip sistem internal security act yang ditentang para aktivis itu.

Setiap orang membawa tas plastik hitam yang dicurigai sebagai bom selalu dia periksa. Tak terkecuali istrinya sendiri, Cik Minah.

“Ape die Bang. Istri sendiri juge diperikse?!”

“Maaf Minah, saye hanye menjalankan tugas! Siapepun yang mencurigakan haroslah saye periksa, meski istri sendiri!”

Begitu dibuka, ternyata isinya makanan untuk berbuka puasa. “Puas Abang?! Puas… Puas… Puas?!” pekik Cik Minah mirip Tukul Arwana. Cik Amat pun hanya mesam-mesem.

Puncaknya, Cik Amat juga menghentikan setiap ada sepeda motor yang melintas, lalu diperiksa kelengkapan surat-suratnya mirip gaya polisi lalu lintas.

Tentu saja ini membuat warga meradang. Kembali Cik Amat dilaporkan ke Muspikam.

“Dia dah melampau lah, dah melanggar HAM. Kalau tak ditangani, saye akan lapor ke Mahkamah Internasional!” ancam warga pada Cik Sam, ketua RT yang juga komandan Cik Amat.

Melihat hal ini, Cik Sam akhirnya memutuskan membubarkan satuan Cik Amat. “Saye penat lah, engkau terlalu overacting Mat. Bikin susah saje!” tegas Cik Sam sembari melucuti Cik Amat.

Tidak ada komentar: