Selasa, 02 September 2008

Salat (2)

Mungkin inilah kiranya, mengapa dulu Bilal bin Rabah jika mau beristirahat, selalu dengan salat. Karena jika dilakukan dengan benar bisa membawa ketenangan.

Abu sangkan melanjutkan. Solat itu adalah suatu hal yang serius, bukan harus konsentrasi, sehingga lupa segalanya. ”Ibaratkan saja kita bertemu dengan Raja yang paling kita hormati. Pasti kita akan serius, dari pakaian hingga saat membaca ayat-ayat suci,” jelasnya.

Abu melanjutkan, bersikap rilekslah menyiapkan diri kita untuk siap menerima karunia khusyu, karena khusyu itu diberi bukan kita ciptakan. Esensi solat adalah doa, berdialog dengan Allah secara langsung.

Kita sebenarnya diberi kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. Kita adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rizki, kesehatan, cinta, dan semua apapun. Tentunya saat itu, sikap kita haruslah baik. jangankan kepada Allah, mengadu para presiden saja tak mungkin kita ngomong sembarangan.

Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah menjawabnya langsung. Ruh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa tertinggal-tinggal oleh gerakan badan, maka dia tidak sempat menikmati pertemuan dengan Allah itu.

Akuilah semua kesombongan kita di depan Allah, maka kesombongan itu akan hilang.

Ustad Abu lalu mengutip bagaimana nabi Adan dan Musa melakukan ini di depan Allah. ”Rabbana dzalamnya amfusana, wa illah tagfir lana wa tarhamna, lana kunanna minal khasyirin...”

Intinya, saat itu mereka mengku sebagai orang yang dzalim. Dengan demikian, keburukan itu akan hilang seketika berganti tawaddu. Sehingga salat khusyu itu sendiri akan bisa dilakukan. Meski tak total, minimal beberapa persennya saja.

”Karena (tempat) Allah itu tak bisa dijangkau dengan pikiran. Arasy Allah hanya bisa dijangkau dengan ruh. Di saat solat itulah kita berupaya menyatukannya,” jelasnya.

Mungkin ini pulalah dalam buku kumpulan sufi dikisahkan, seorang sufi yang khusyu melakukan salat, sampai-sampai dia tak sadar jika rumahnya dilalap api. Mungkin dia merasakan nikmatnya saat ruh menyatu dengan Allah.

Kemarin saya bertemu dengan salah seorang peserta kala itu.

”Salat shubuhku kali ini ternyata berjalan 1 jam tanpa merasa lelah! Dan sepanjang shalat aku menangis. Saya yakin, yakin sekali, Anda juga akan merasakannya. Seperti juga telah dirasakan banyak orang yang mengikuti petunjuk sederhana ini!”

Tidak ada komentar: