Senin, 01 September 2008

The Winner Take's All (1)


The winner take’s all. Pemenang mendapatkan semuanya. Demikian kometar The F Toemion, mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, saat akan dilengserkan. Theo adalah orang yang diangkat pada zaman Megawati dan diganti di zaman SBY.

Seorang sahabat saya, pejabat teras PKB Batam juga mengatakan hal senada, saat dia yang nota bene loyalis Muhaimin, menyingkirkan kubu Gus Dur yang dulu tak lain adalah kawan seiring, kawan seperjuangannya sendiri.

”Yah… inilah risiko politik. Yang menang yang berkuasa,” katanya.

Seperti ketahui, bak bom berkekuatan tinggi, konflik antara paman dan keponakan, Gusdur dan Muhaimin di PKB, menyebar awan panas hingga ke daerah.

Seperti halnya situasi konflik, terjadi gesekan dan gambling pada anggota di bawah. Saling curiga pun meruncing, saling sodomi pun tak terelakkan lagi.

Kalau sudah begini, biasanya akal sehat tak lagi bermain. Yang ada hanya praduga kekanak-kanakan, atau mental pemburu; kill or tobe killed!

Nyat Kadir, sang ketua wilayah sempat mengeluh, ‘’Tak enak tinggal di daerah konflik. Diam salah, bergerak salah. Sedikit-sedikit dicurigai pro Gus Dur lah, pro Muhaimin lah. Sehingga kadang ada anggota yang tak tahu apa-apa kena imbasnya, hanya karena dicurigai yang belum tentu kebenarannya.”

Politik memang kejam? Politik datang untuk selalu menghantam? Semua ini sudah digariskan? Maling teriak maling? Tikam dari belakang? Lawan lengah diterjang? Sibuk cari kambing hitam?

Inilah yang selama ini melekat pada politik. Sistem kerja manusianya, sistem kerja partainya. Sangat Machiavellis. Seperti diketahui, lelaki yang lahir seabad setelah Gajah Mada wafat itu mengajarkan, halalkan segala cara asal tujuan tercapai.

Tidak ada komentar: