Selasa, 16 September 2008

Empat Bulan, Regalia



Jika ada masalah, biarkanlah hal ini terjadi di hariku, agar anakku merasakan kedamaian.

Kalimat ini terus menggedor relung hatiku setaiap kali saya melihat Regalia, putriku yang kini sudah 4 bulan mewarnai hidup kami.

Sekarang dia sudah pandai ngoceh, sembari menghentak-hentakkan kaki dan tangannya, persis pemain marching band. Ocehannya laksana kicau burung-burung surga, tenang dan membahagiakan.

Wajah lugunya terus membayang. Rambutnya hitam, sehitam tanah pertanian di kampung kami. Pipinya selembut kapas beranyam sutra. Tatapan matanya dalam menyejukkan, sedalam dan sesejuk sumur Hang Tuah.

Saat tersaput jilbab mungil, wajahnya tampak sebulat bulan di malam ke-15. Dentum tawanya, seolah bom nutron yang menghancur leburkan semua penat dan sakit ku.

Saat menangis, seakan dada saya ikut dihentak. Lelehan aliran air matanya, seakan melepaskan katup bendungan air mata ku. Rasa sakitnya, seolah menggores palung hati ku yang paling dalam.

Namun saat dia terlelap di pangkuan, seakan memantik selaksa api semangat dan membangkitkan tsunami gairah untuk terus hidup berjuang. Hidup membangun imperium.

Regalia, ini bukan puisi nak. Ayah tak mampu membikinnya. Ayah bukanlah Indra Putra yang sempurna, ayah hanyalah seorang juru tulis, pegawai rendahan yang suka menulis. Karena kata Pram, tulisan bisa melahirkan budaya.

Bahkan rangkaian tulisan pertama paling atas pun bukanlah karangan ayah. Ayah mengutipnya dari pengarang barat bernama Paine, karena saat membacanya, ayah merasakan ruh pengorbanan, perjuangan dan kasih sayang di dalamnya.

Jangan marah ya, ayah memang menjiplak, tapi bukan membajak. Lagi pula, era globalisasi ini memang era menjiplak kok. Maklumlah Regalia, zaman sudah tua, apapun yang kita kerjakan, sudah pernah dilakukan para pendahulu kita. Kita hanya menyesuaikannya saja.

Arswendo juga pernah bilang seperti ini lho. Dulu, dulu sekali, 21 tahun sebelum engkau lahir. Ayah baca ulasannya di Majalah Hai.

Meski demikian, jika saatnya nanti engkau bisa membaca tulisan ini, tundukkan pandanganmu ya. Karena kamu akan tahu, bahwa ada seorang ayah yang sangat mencintai, mengasihi, dan berusaha membuat harimu damai di masa mendatang.

Tumbuhlah putriku. Gapai impian dan keinginanmu, jadilah Regalia. Tapi hati-hati, karena tak semua keinginan bisa engkau dapatkan. Socrates menulis: Dari keinginan yang mendalam biasanya ada kekuatan yang mematikan.

Regalia, ayah bisa jadi tak bisa terus menemanimu, namun teruslah melangkah.

Leonardo Da Vinci menulis: Hidup kita diciptakan dari kematian orang lainnya.

Cicero menulis: Kehidupan yang mati tersimpan dalam kenangan yang hidup.

Tidak ada komentar: