Minggu, 14 September 2008

Rivers of Dream (1)


Sungai.

Bagiku kalimat ini berati sebuah kenangan masa kecil yang romantis dan seksi. Sama dengan pemujaan Billy Joel dalam lagunya Rivers of Dream.

Sungai di Pulau Bawean, berbeda dengan sungai pada umumnya di Jawa dan Kalimantan yang sangat lebar. Sungai-sungai di tempat kami sangat kecil, lebarnya kurang dari 10 meteran saja.

Hulunya berasal dari 99 gunung yang tersebar di serata pulau dan bermuara di serata pantai yang mengelilingi pulau yang mungil ini.

Di sepanjang badannya terbaring perkampungan penduduk, yang otomatis memanfaatkannya sebagai sarana mandi cuci dan kakusnya (MCK). Tapi itu dulu, sebelum sanitasi jamban tergusur oleh septik tank. Kini? Masih ada juga, tapi di pedalaman saja.

Sungai tempat saya biasa main Letaknya di Kampung Bengko Sobung bagian selatan. Sumbernya dari Gunung Teguh dan bermuara di Songai Topo. Di kanan kirinya, berpagar tebing setinggi dua meter. Karena itu, untuk bisa menjangkaunya warga harus turun melalui jalan setapak yang dibentuk berundak.

Hingga saya dewasa, saya belum tahu apa nama resmi sungai ini. Karena sekali lagi, berbeda dengan sungai di Jawa atau Kalimantan yang memiliki satu nama —semisal Sungai Barito atau Sungai Berantas— sungai di Bawean dari hulu ke hilir memiliki banyak nama.

Nama ini diberikan warga kampung di sepanjang bantaran, untuk menandai wilayah yang menjadi tempat MCK-nya. Jadinya bermacam-macam. Di kampung Barat Laut, misalnya, orang-orang di sana memberi nama wilayah MCK-nya dengan sebutan Sungai Kalaka atau Leg-ghung. Kalau di Desa Patar, orang setempat menyebut Sungai Patar Selamat. Begitu seterusnya.

Sedangkan di tempat saya bermain disebut Songai Bebine dan Songai Lalake (Sungai Perempuan dan Sungai Lelaki). Sesuai namanya, Sungai Perempuan khusus untuk MCK kaum wanita, letaknya di hulu. Sedangkan Sungai Lelaki, khusus kaum lelaki, berada di hilirnya. Jarak keduanya hanya terpaut 50 meter saja.

Dulu di pagi hari, kaum wanita ramai melakukan aktivitas MCK mulai pukul 07.00 hingga 09.00 pagi. Tempatnya di bagian aliran sungai yang dangkal. Aktivitas ini ini akan berulang pada sore hari, yang dimulai pukul 16.00-17.30. Demikian pula Sungai lelaki, namun tentunya tak seramai di sungai perempuan.

Sebenarnya, saya sendiri warga Kampung Kotta. Kampung saya tak berada langsung di bantaran sungai ini. Untuk ke sana, saya harus berjalan sekitar 200 meter.

Saya masih ingat, dulu ibu sangat melarang saya bermain di sungai. Kata ibu, airnya kotor dan bisa menyebabkan penyakit. Namun, saya kadang diam-diam melanggar aturan ini.

Tidak ada komentar: