Jumat, 12 September 2008

Celoteh Ramadan (14)

”Cik Sam… Cik Sam… mane engkau Cik Sam…?!” Cik Amat memekik-mekik, di depan pintu rumah Cik Samsudden, ketua RT-nya. Di tangannya membawa selembar koran berita kriminal.

“Ape die Mat! Pagi-pagi asyik sibok saje! Saye nak mandipun!” ujar Cik Sam dari balik pintu, matanya melotot pada Cik Amat.

“Hei Cik Sam jangan marah dulu lah. Nih tengok khabar di koran, angke kriminalitas jelang lebaran meningkat!”

“Ha? Betol tu Mat?!”

“E… Cik Sam tak percaye pule. Nih tengok sendiri!” ujarnya.

Selanjutnya Cik Sam membaca berita yang ditunjuk Cik Amat. “Alamak. Kite harus bersiap ni Mat. Segera kumpulkan unsur muspikam (musyawarah pimpinan kampong), kite lakukan mesyuarat darurat!”

“Siap Dan! Laksanekan perintah,” jawab Cik Amat sigap.

Singkat kata, hasil rapat memutuskan Cik Amat terpilih secara aklamasi menjadi laskar pengaman kampung. Komandannya adalah Cik Sam, dia ditunjuk karena punya pengalaman bertugas di Kodam Bukit Clara.

“Tugas pertama engkau, harus melaporkan semua hal yang mencurigakan pade saye Mat. Ini perintah!” tegas Cik Sam, sembari menyerahkan sebuah radio genggam.

”Siap Dan!”

Maka keluarlah Cik Amat dari ruang rapat Muspikam itu, di saksikan puluhan pasang mata. Langkahnyapun jika semula lemas dan bertampang cengengesan, kini berubah tegap dan dingin.

Maklumlah, kini Cik Amat bukanlah Cik Amat yang dulu lagi. Keamanan kampung berada di pundaknya. Langkahnya kian gagah dengan handy talkie di tangannya.

Lagu-lagu yang dinyanyikan pun tak lagi lagu cinta dari Rhoma Irama atau Siti Nurhalizah, namun diganti lagu mars.

“Aku seorang kapiten, punya pedang panjang, kalau berjalan brak brek brok…” senandungnya.

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan investigasi dan pengintaian ke sejumlah titik rawan. Di antaranya pasar, kebun dan sungai kampung. Gayanya mirip James Bond dan sekelompok penyidik FBI dalam film Criminal Mind.

“Kontek kontek… Ubur-ubur 2 ke ubur-ubur 1!” Cik Amat mengontek Cik Sam.

“Masuk Ubur-ubur 2.”

“Semue aman terkendali, Dan! Laporan selesai!”

“Kembali ke markas Ubur-ubur 2!”

“Siap laksanekan!” Cik Amat pun kembali patroli.

Hingga malam menjelang sahur, dia melihat ada yang mencurigakan keluar mengendap-endap dari rumah Cik Mamah. Naluri intel Cik Amat pun muncul, lalu membuntuti.

O, rupanya orang itu menuju sungai buang hajat. Cik Amat yang curiga, lalu menunggunya. Setelah selesai, orang mencurigakan tersebut kembali lagi mengendap ke rumah Cik Mamah.

Namun kali ini Cik Amat tak mau kecolongan dengan sigap dia menghadang. “Berhenti! Kamu sudah saye kepong!” dia memegang tangan orang tersebut, lalu menyorongkan senter ke wajahnya.

Alamaak, alangkah terkejutnya Cik Amat. Ternyata orang itu adalah Cik Mamah.

“O… jadi engkau yang ngintip saye buang hajat tadi ye. Awas engkau Mat, saye lapor Minah baru rase engkau ye!” hardik Cik Mamah tak kalah galak.

”Ampun Mamah, jangan engkau lapor pule aku ke Minah!”

”Tak ade ampun bagi engkau. Sungguh terlalu,” jawab Cik Mamah menirukan dialog Rhoma Irama.

Keesokan harinya, berita Cik Amat salah tangkap menyebar ke kampung. Cik Sam sebagai komandan pun langsung menon aktifkan Cik Amat. “Nasib engkau nanti saye putuskan di sidang Muspikam!” hardiknya.

Tidak ada komentar: