Sabtu, 06 September 2008

Berpikir saat Tak Berpikir

Berpikir saat sedang tak berpikir. Pernahkah Anda mengalami hal ini?

Ketika saat akan beranjak tidur atau saat refreshing, tiba-tiba Anda berhasil memecahkan sebuah persoalan rumit atau jalan keluar dari sebuah persoalan, maka saat itulah Anda sedang melakukan proses berpikir saat sedang tak berpikir.

Rieke Dyah Pitaloka, dalam bukunya Renungan Kloset, banyak mengupas soal berpikir saat sedang tidak berpikir ini. Dia mengisahkan berapa banyak ide yang tercipta saat dia sedang “merenung” di kloset.

Atau pasti Anda akan sangat mengenal ungkapan ini, ”Eureka… eureka…”

Itulah jeritan Archimides saat menemukan teorinya yang terkenal itu. Saat itu, dia bukan sedang berada di meja praktikum, melainkan sedang mandi berendam di bathtub.

Memang banyak penemuan penting dunia tercipta saat sang penemu sedang dalam kondisi berpikir saat sedang tak berpikir, bukan dalam ruang kerja laboratorium yang penuh sesak dengan alat peraga.

Bahkan Issaac Newton, menemukan teori tentang gravitasi ketika sang ilmuan muda ini beristirahat di bawah pohon apel. Saat itulah, sebuah buah apel jatuh menimpa kepalanya. Maka jadilah teori newton.

Dari semua uraian ini, adalah betapa otak akan aktif mengirimkan sinyal-sinyalnya, ketika manusia dalam kondisi rileks. Istilah orang sekarang out of the box. Jauh dari tekanan. Dalam Islam pun, hal ini juga banyak dikupas dalam hikmah salat.

Dalam dunia modern saat ini, di mana logika memimpin, konsep berpikir saat sedang tak berpikir ini malah digalakkan, kian digali dan dirangsang. Tapi ingat, berpikir saat sedang tak berpikir ini bukan berarti memindahkan tempat kerja, sebab intinya memang saat itu kita sedang rileks, jauh dari apa yang menjadi pikiran kita itu sendiri.

Helmi “Ucok” Yunus, rekan yang saya banggakan karena mahir program komputer itu, juga bercerita di perusahaan periklanan ada divisi yang stafnya digaji hanya dengan “melamun” saja.

“Mereka tak berhubungan dengan komputer layaknya pekerja kantor, kerjanya hanya duduk-duduk saja berimajinasi,” begitu diskripsi Helmi.

Bahkan di dunia pendidikan sendiri, banyak yang menerapkan sistem ini. Tak heran saat ini banyak berdiri sekolah-sekolah dengan konsep menyatu dengan di alam, atau belajar langsung tak lagi dalam ruang kelas, melainkan di alam.

Intinya, dengan metode ini, anak didik diajak dalam kondisi rileks, sehingga diharapkan otak anak didik akan aktif mengirimkan sinyal-sinyalnya.

Saya sendiri pernah mencoba mempraktikkan hal ini, mengajak kawan satu tim berpikir ketika mereka sedang tak berpikir. Caranya, cukup mudah, mengajak rileks kumpul-kumpul di rumah makan. Dananya dari urunan anggota itu sendiri.

Enam bulan saya melakukan hal ini, dengan frekuensi dua kali dalam sebulan. Hasil yang saya catat, cukup bagus. Saat itu, jumlah kehadiran selalu 100 persen, ide-ide brilian dan konsep-konsep bagus bermunculan yang anehnya hal tersebut datang dari candaan atau celetukan-celetukan yang mereka anggap konyol.

Diskusi dan komunikasi di sini mulai itu top down, buttom up hingga crossipsional antar anggota sangat aktif. Semangat yang timbul saat rapat di rumah makan ini, sungguh berbeda dengan saat rapat di meja bundar yang identik dengan doktrin, keangkuhan dan agitasi itu.

Tidak ada komentar: