Senin, 13 Desember 2010

HAMKA

Sebelum Nur Cholish madjid, Zainuddin MZ hingga Uje, Indonesia sempat memiliki ulama jempolan. Dia adalah pemikir, doktor honoris causa, dan juga sastrawan.
18 Oktober jam 22:47
Muhammad Nur dan Vivin Susantie menyukai ini.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (atau lebih dikenal sebagai HAMKA, yakni singkatan namanya), lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik.

Perkenalan saya akan buya Hamka, ketika masih kelas II SD. saat itu dapat hadiah buku dari ayah, Kisah 25 nabi dan rasul dari ayah. Edisi pertama warna merah dan ke dua warna biru.

Di buku ini, bahasa Hamka jadi sangat sederhana. Gampang dicerna oleh anak-anak seusia saya saat itu. namun tunggu dulu, bila Anda mencicipi bukunya (novel) yg lain "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" (1938), Hamka jadi sangat "mengharu biru".

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dulu sangat meledak. Sehingga dikasetkan. (maklum dulu belum ada sinetron). Saat itu, gadis-gadis sampai berurai air mata di depan tape-nya masing-masing. *sedih*.

Selain novel ini, buya juga terkenal dg karyanya. Tafsir Al Azhar. Tafsir ini mulai disusun ketika beliau masih aktif memberikan kuliah subuh di Masjid Al-Azhar sejak tahun 1958.

Tafsir ini sungguh sangat tinggi bahasanya. Inilah yg menjadi salah satu ciri kelebihan buya dari ulama yg saya kenal masa kini. Dari keindahan tulisannya, tak heran bila Buya sempat menjabat Pemimpin redaksi di majalah Panji Masyarakat. Salah satu media Islam kala itu.

Selain berdakwah melalui tulisan, buya juga aktif berdakwah melalui lisan. Dakwahnya sejuk menyirami dahaga spiritual umat. Acara dakwahnya di radio dan televisi (TVRI saat itu) selalu ditunggu jutaan orang. khutbah Buya, selalu menekankan tentang ukhuwah Islamiyah. Namun jauh dari bigotri.

Buya Hamka juga sempat meluruskan Ketika dihembuskan opini tentang cerdas dan pintarnya orang-orang Yahudi Israel. Dalam tulisannya di dalam Tafsir Al-Azhar : “Sebab yang utama bukan itu, Yang terang ialah karena orang Arab khususnya dan Islam umumnya telah lama meninggalkan senjata batinnya yang jadi sumber dari kekuatannya…"

Perkenalan saya akan buya Hamka, ketika masih kelas II SD. saat itu dapat hadiah buku dari ayah, Kisah 25 nabi dan rasul dari ayah. Edisi pertama warna merah dan ke dua warna biru. Yg menarik pada buku ini, pada leadnya buya Hamka selalu menulis kalimat Cucu Cucuku... Ya memang saat itu Hamka sudah menjadi seorang kakek.

Tidak ada komentar: